Minggu, 23 Desember 2012

Obsesi

Manusia terlalu keras. Aku keras kepala.
Kadang tidak pernah terfikirkan bahwa obsesi bisa sangat menjatuhkan.
Aku hampir jatuh.
Keinginan kerasku membuatku berdiri dipinggir jurang.
Tinggal angin yang mampu memberi jawaban.
Aku menghela nafas ribuan kali.
Mau kembali tapi sulit.
Lagi-lagi karena keras kepala.
Karena obsesi.

Tertawa sajalah.
Hati menangis.
Impian seolah-olah menjadi jauh.
Yang aku pikir ada cahaya,
ternyata malah kabut putih.
Dimana cahayanya?
Tergantung dari aku  berlari.
Eh.
Aku salah.
Cahaya itu harus digali.
Berlari malah kadang menyesatkan.
Lagi-lagi tentang lelah.
Kesedihan pada malam terang bulan.
Tanpa bintang.

Hujan,hujan,hujan.
Kau pasti datang.
Cepatlah.
Tapi jangan jatuhkan aku ke jurang.
Kasih aku luapan air menggenang.
Agar aku berenang.
Melewati jurang.
Walau pastinya megap-megap.

Rabu, 21 November 2012

Dalam Hening Hati Srikandi



Sosok wanita dengan langkah tegaknya  maju kedepan telah siap untuk menghadapi peperangan. Ia sudah memastikan dirinya bergabung dalam perang bharatayudha untuk mendukung para Pandawa. Hatinya telah terpaut untuk Arjuna, dan itu yang memantapkannya untuk ikut berperang melawan keangkaraan murka. Perang ini harus terjadi, dan keberaniannya di coba disini. Panahnya sudah siap, dan iya yakin batinnya pun juga sudah siap untuk peperangan ini. Tak boleh lagi ada keraguan dalam hatinya, ini sudah menjadi keputusan hidupnya. Hidup dan mati adalah keputusan dari semua yang akan ia pertaruhkan nanti.

Tidak jauh darinya berdiri sosok Arjuna yang juga sedang dalam posisi siap. Wajahnya tampan, tenang, namun tegas. Srikandi menghela nafas melihat sosok itu, ada rasa rindu yang sebenarnya ingin ia ungkapkan namun waktu  yang belum menjadikannya tepat. Arjuna tak melihat dirinya, terlalu fokus untuk menghadapi perang dan mempersiapkan pasukan disekelilingnya. Dalam hati, Srikandi selalu bertanya-tanya, " Hei Arjuna, kekasihku... sungguh cintakah kau padaku? sedang aku tau banyak wanita disekelilingmu, adakah aku menjadi yang terindah dalam hidup dan pikiranmu?  Haruskah aku memanah mereka semua agar hanya aku yang menjadi satu-satunya? Rasanya terlalu egois dan tak sepadan. Aku mencintaimu Arjuna, pengabdianku telah kuserahkan untuk mendukung pandawa, terutama kau..." . Lalu Srikandi tertunduk sepi, matanya menatap tanah sembari mengontrol hatinya yang sulit teralihkan, Arjuna tetap menjadi dambaannya, junjungan dalam hidupnya, dan menjadi 'hidup'nya walaupun mata dan hati Arjuna tidak akan selalu menatap dirinya.

Genderang perang sudah dibunyikan, dan perang akan dimulai lagi. Entah sudah tak terhitung berapa lama mereka sudah menghadapi perang ini,dan harus berapa lama lagi akan berakhir. Tujuannya cuma satu dan itu kemenangan, pembuktian akan kebenaran, dan harga diri. Srikandi menyiapkan dirinya, memantapkan hatinya untuk tak berlama-lama berlarut pada pertanyaan cintanya pada Arjuna. Dipandangnya dengan tegas perang yang akan dihadapinya. Menegakan badannya untuk tak menoleh ke arah Arjuna dan terhanyut pada kerisauan hatinya. Dipejamkan matanya sebentar dan ditarik nafasnya dalam-dalam demi menenangkan hatinya. Dalam hati ia selalu berdoa untuk kemenangan ini dan Arjuna, " aku yakin kemenangan ini akan mejadi milik pandawa, dan semoga kau selalu diliputi lindungan untuk tetap selalu hidup dan menjadi pembelajaran yang baik untuk dunia ini. Aku berdoa untuk kebaikanmu wahai junjunganku." Kini mantap sudah Srikandi mempersiapkan dirinya dalam perang besar, menggebu-gebu hatinya untuk membantu  Pandawa memperebutkan kemenangan.

Ditumpasnya musuh yang ia hadapi, panahnya ikut membanjiri peperangan. Pertumpahan darah sudah tak terelakan, semuanya berseru pada peperangan, kata lelah tidak akan pernah berarti. Srikandi terus berlari kedepan sambil terus mengeluarkan panahnya, membiarkan takdir yang menentukan siapa yang terkena panahannya, atau siapa yang akan mengenai dirinya dengan panah atau senjata lainnya. Semangatnya masih bergejolak tinggi, ia yakin telah berada dalam pihak yang benar, dan matanya selalu awas menghadapi musuh. Hampir tak terkalahkan jiwa berani dan kehebatannnya, Srikandi menjadi wanita paling kuat dan kokoh dalam perang bharatayuda ini. Ditatapnya Bhisma dengan tegas, dan ia tau benar bahwa yang dihadapinya kini bukanlah ksatria biasa, Bhisma dikenal dengan kehebatannya dan ketenangannya dalam mengahadapi banyak hal. Namun Sriandi harus yakin, tak boleh lengah sedikitpun, dilihatnya lagi sekilas yang ada disekelilingnya dan sempat terkejut dengan keberadaan Arjuna yang ternyata tak berada jauh darinya. Tersenyum hatinya melihat sosok junjungannya itu, lalu cepat-cepat dimantapkan lagi hatinya untuk bertempur melawan Bhisma. " Arjuna... aku selalu siap berperang untukmu, pengabdianku tetap untukmu sebagai junjunganku." Setelah beberapa lama susah payah melawan Bhisma, akhirnya panah Srikandi tepat mengenai dada Bhisma dan menewaskannya saat itu juga.

Arjuna menatapnya. Dilihatnya kini Srikandi yang masih berdiri tegak usai menewaskan Bhisma, dan dengan anggun menghampiri Srikandi yang sebenarnya langsung terdiam. Siapa yang tak mengenal Bhisma? seorang Arjuna sungguh sangatlah mengenal sosok Bhisma yang sangat dihormatinya itu, tapi perang mengharuskannya mereka tampak seperti musuh. Di ajaknya Srikandi menghampiri jenasah Bhisma bersama dan menghormati kematian Bhisma dengann khidmat. Tak ada pandangan benci yang diberikan Arjuna untuk Srikandi, tatapannya masih lembut dan tenang walaupun Srikandi tahu bahwa hati Arjuna tentulah sangat sedih melihat sosok Bhisma tak lagi bernyawa. Perang telah menjadikan takdir Bhisma harus mati di tangan Srikandi, dan Arjuna jelas memahami itu. Mereka berdua berdoa dengan khidmat, dan Arjuna menata beberapa panahnya sebagai alas kepala jenasah Bhisma. Diberikannya senyum ketegaran kepada Srikandi. " Duhai junjunganku Arjuna, mengapa justru harus didepan kematian salah satu orang yang kau hormati yang membuatmu kini berada disampingku walau hanya sekejap. Tak lagi aku mampu berkata-kata, rasa sedih dan senang akan kerinduan semuanya benar-benar tercampur menjadi satu." Srikandi meratapi dirinya dalam kekosongan, dan kini harus rela membiarkan Arjuna berjalan ke arah lain untuk melanjutkan peperangan. Ditatapnya punggung Arjuna dengan pandangan sedihnya.

Srikandi cepat-cepat bangkit dari rasa sedihnya, masih ada peperangan yang harus ia hadapi dan ia sadar betul tak boleh ia terlarut lagi dalam gejolak rasa yang ada dihatinya. Ditegakannya lagi badannya, dipersiapkan busur dan panahnya dengan mantap, dan ia telah siap lagi untuk membaur dalam perang. Dikobarkannya semangat dalam dirinya, berseru ia dalam hati dan sudah mantap hatinya untuk tak pernah menyerah dalam perang ini. Srikandi selalu ingin menjadi  tangguh, dan ia mampu melawan ratusan prajurit dengan panahnya, kehebatannya sulit tertandingi dan tekadnya yang kuat adalah pelopor utama dari semua ketanggguhannnya. 

Perang Bharatyuda pun usai, namun takdir telah menentukan, dan tak ada yang mampu mengelak. Sehebat dan sekuat apapun Srikandi tak menjaminnya untuk hidup selamanya, akhirnya ia harus gugur di tangan Aswatama putera dari resi Durna justru setelah tidak ada ada lagi perang. Tidak ada penyesalan dalam hati Srikandi di detik-detik kematiannya, ia tersenyum bersyukur karena mati tidak sia-sia  usai bergabung dalam peperangan untuk membela yang benar dan mendukung junjungannya. Terbesit keindahan dalam kata-katanya sebelum akhirnya ia benar-benar tak bernyawa....

Duhai junjunganku...
tergolek lemah kini aku,
bersiap untuk terpisah darimu.
Aku selalu menyimpan hati untukmu,
hingga detik ini.
Kesunyianku sulit terbaca,
dan kerinduanku rapat tersimpan.
Tapi sungguh itu hanya untukmu.
Aku mencintaimu,
memilihmu menjadi junjunganku.
Maka dalam nafas terakhirku,
aku bahagia karena nafas ini
selalu ada cinta untukmu.
Ini bukti setiaku untukmu....


*mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan dalam cerita ini. Ini hanya gubahan dari pengarang yang mencoba menjadikannya berbeda. Kalau ada yang salah harap dimaklumi. Terimakasih.


Minggu, 11 November 2012

Wayang Orang Bharata - Tetap Eksis di Gemerlap kota Jakarta

Mungkin tak disangkal lagi bahwa hal-hal yang berbau budaya semakin menjauh dari jati diri masyarakat Indonesia, yang padahal hanya mereka sajalah yang mampu mempertahankan budaya itu sendiri. Budaya adalah milik mereka, tapi mengapa untuk menjaganya saja seperti enggan?






Mungkin sudah banyak yang tau tentang Gedung wayang orang Bharata Senen yang sekarang ini masih eksis mementaskan pertunjukan wayang orang hampir disetiap sabtu malam. Pementasannya bisa dibilang yang paling rutin dan yang paling bisa mengobati rasa rindu orang-orang pecinta wayang orang. Disini selalu disajikan pertunjukan-pertunjukan yang menawan dengan mengambil cerita-cerita dari kisah wayang tentunya (mahabharata/ramayana). Dari gedung wayang orang Bharata inilah kita seharusnya bangga bahwa masih ada yang mempertahankan budaya sebegitu kuatnya di tengah kota Jakarta yang bisa dibilang sudah sangat modern.




Wayang orang Bharata masih bisa dibilang klasik dilihat dari penggunaan bahasanya yang masih murni menggunakan bahasa jawa. Ini salah satu yang bisa dibilang sangat membanggakan dan paling mempesona. Bahasa tradisional inilah yang justru menambah 'rasa' dari wayang orang itu sendiri. Kita juga jadi mengenalnya sedikit lebih dalam, walaupun terkadang masih belum mampu mengerti arti seluruhnya dari penggunaan bahasa jawa ini, tapi justru ini yang paling menarik dan menantang. Tentulah tidak usah khawatir bagi orang-orang awam yang kurang mengerti bahasa jawa untuk mengetahui isi ceritanya, karena ada sinopsis digital berjalan tepat diatas panggung yang bisa membantu penonton mengerti inti ceritanya. Mudah bukan? dari sini bisa dipertegas bahwa tidak ada alasan untuk tidak mengenal salah satu budaya jawa ini kalau kita mau coba mengenalnya.





Bisa dilihat kan bahwa wayang orang bharata senen sangatlah kokoh berdiri tegak bertahan dalam gemerlap kerlap kerlip kota Jakarta. Ini yang patut di acungkan jempol, bagaimana tidak? ketika sudah banyak tempat hiburan yang buka dimalam hari dan sering ramai di malam minggu, gedung wayang orang bharata masih tetap bertahan dan salutnya lagi masih banyak penggemar setia wayang yang selalu hadir. Ini yang paling keren buat penggemar setia wayang orang bharata, mereka masih bisa menjaga apa yang seharusnya mereka  benar-benar jaga dan gak hanya di ucapannya aja. Salut deh! Kalo wayang orang bharata bisa mempertahankan budaya sebegitu kokohnya, gimana dengan kita sendiri? :)




*gambar didapat sewaktu pertunjukan wayang orang bharata berjudul "Gatot kaca Ngedan" (2012)

Selasa, 16 Oktober 2012

Maka jika aku memiliki kesempatan, aku masih ingin menjelajahi pulau jawa.
Bukan aku tak ingin pergi ke luar pulau atau ke tempat lain.
Tapi keindahan disini masih belum tersingkap semua olehku.
Dan setiap aku mendapati keindahan dipulau jawa.
Aku selalu terbungkam bisu.
Memang benar kata banyak orang.
Kau tak perlu jauh-jauh untuk melihat keindahan.
Tapi untuk mendapatkannnya...
Kau memang harus mencari :)

Jumat, 07 September 2012

'Back to Normal' itu aneh

Akhirnya kita mulai dapat berbincang-bincang lagi,
mulai membicarakan banyak hal yang dulu juga sering kita bicarakan.
Tertawa seperti biasa.
Aku baru benar-benar tau ini yang namanya kembali ke normal.
Ternyata rasanya aneh.
Dulu aku pernah berharap seperti ini,
tapi saat kesampaian, aku malah sedih.
Mungkin ini hanya awal dari rasanya kembali ke normal.
Yah.. mungkin memang harus begini.

Dulu aku terlalu bermain-main dengan waktu.
Saat akhirnya nyala terang itu hilang,
aku malah termangu sepi dalam gelap.
Untaian kata yang tersusun dimasa lalu,
sudah tak menjadi guna.
Semuanya hanya akan menjadi fosil,
yang mungkin atau tak mungkin terkuak.
Maka tersembunyilah fosil itu,
dalam endapan tanah terdalam.

Yang aku tahu,
semuanya butuh proses.
Ya, aku sangat membutuhkan pemahaman.
Proses bagaimanakah yang seharusnya?
Hanya waktu yang bisa menjawab.

Menjalani memang tak semudah bicara.
Pemikiran-pemikiran menjadi tak logis.
Haruskah ada yang namanya 'Back to Normal?'
Sedang itu membuatnya menjadi tidak rasional.
Lagi-lagi aku butuh waktu yang menjawab.
Lagi-lagi proses, lagi-lagi pandangan.
Aku menunggu.
Menunggu waktu.
Sedikit mensesalkan 'Back to Normal'.

Kamis, 06 September 2012

Haruskah Aku Terbang atau Menjejaki Bumi?



Nyatanya semuanya tidak semudah seperti apa yang dipikirkan. Saat aku sudah berlama-lama terduduk dan terbang di atas awan, akhirnya aku mulai menjajaki bumi, dan melangkah diatasnya. Semuanya terasa berbeda dan tak akan pernah ada yang sama. Tertawa pun menjadi sangat berbeda, dan segala kenangan seperti kembali dan menepuk pundakku. Aku tak ingin menoleh pada tepukan itu, tapi menahan rasa rindu akan masa lalu adalah sulit, dan itu membuatku menoleh, bahkan sampai membalikan badan. Aku sempat terdiam menatapnya, sedang peganganku hanya secangkir kopi yang isinya mau habis. Kali ini aku benar-benar terlarut, dan menyesali keputusanku turun dari awan untuk mencoba menjejaki bumi entah untuk keberapa kalinya.


Aku sedikit kekurangan nafas. Menyesali yang lalu adalah obat sesak nafas yang paling hebat, dan aku hanya butuh terbang untuk mencari nafas tambahan. Tapi kali ini 'mereka' menahanku. Rindu-rindu yang bergelombang seperti ombak besar telah menghanyutkanku, dan menarik seenaknya seolah aku harus ikut dengan mereka. Aku megap-megap dan tak mampu terbang lagi. Aku benar-benar terbawa arus, sedang kelihaian berenang tak akan berarti saat ombak sudah menerjang. Aku hanyut.


Begitu lama aku tenggelam dan berusaha untuk tak membuka mata pada air laut yang perih. Mencoba untuk naik ke permukaan sebisaku dengan mata terpejam. Tapi itu semua sia-sia. Aku harus membuka mata dan merasakan perihnya air laut masuk ke dalam mataku. Aku harus melihat ke atas, dan berusaha sebisaku mencapai permukaan dengan mata terbuka. Aku masih megap-megap. Bernafas yang benar masih sangat sulit, dan gelembung-gelembung air yang keluar dari mulutku sama sekali tak membantu, tapi aku yakin perlahan-lahan aku akan naik ke permukaan. Ya, cahaya itu sudah terlihat. Sinar matahari sudah masuk ke dalam air dan menyentuh kulitku. Aku pun sampai pada permukaan laut dan mendapati rakit kecil untuk kunaiki.


Namun, lagi-lagi aku di beri pilihan yang sulit. Haruskah aku mencari daratan, atau terbang lagi ke atas? sedang dua-duanya bisa mengeringkan tubuhku yang basah kuyup terkena air laut. Dengan cara yang kontras. Terbang menjauhi bumi dan bermain dengan mimpi, atau mencapai daratan yang jauh dan tanpa kejelasan tapi menjanjikan keindahan dan perubahan hebat?

Senin, 23 Juli 2012

Memainkan Waktu


Lama sekali kau terdiam atau bahkan tak ada kabarnya jauh disana. Yah, sebenarnya kau tidak jauh, jarak seperti itu masih sepele, tapi hatimu yang jauh. Sudah sulit diajak bicara. Awalnya aku pikir tak apa lah dengan keadaan kau yang seperti itu, mungkin kau butuh waktu, atau mungkin sudah muak dengan hal-hal yang tadinya kau anggap indah. Ya, awalnya aku pikir tak apa. Semuanya butuh proses, tapi nyatanya kau tidak tertebak. Apa aku yang terlalu bodoh? yah, awalnya lagi ku pikir ya sudahlah membiarkan kamu seperti ini.


Tapi nyatanya aku malah sering kepikiran. Aku sering terbangun setiap mengingatnya, rasanya seperti kembali ke masa lalu, disaat kau masih 'ada'. Aku jadi ikut mencari-cari apa yang terjadi, tapi aku sama sekali tak punya kunci apapun untuk membuka pintu-pintu jawaban itu. Yang aku pegang hanya pertanyaan-pertanyaan semu, atau pengandai-andaian yang sebenarnya berada pada kabut hitam. Kalau saja aku bisa jalan ke arahmu dengan mudah, mungkin aku sudah melakukannya. Tapi kita seperti magnet yang berbenturan, tidak lagi menyatu seperti dulu. Entahlah siapa yang mengubah diri. Yang aku tau pasti, aku sudah kehilangan banyak hal.


"Mari bicara" aku selalu mengatakan itu pada kau dari dulu. Tapi  tidak pernah kesampaian. Kapan kah kita bisa duduk bersama. Berdua saja. Berbicara dari hal-hal kecil, lalu mulai masuk pada intinya. Kau harus menjelaskan alasan-alasannya, dan aku pun akan melakukan hal yang sama. Jangan kau jauhkan dirimu, itu membuat semuanya tak selesai. Kau berbeda. Dulu kau tidak seperti ini, ya, setidaknya pada orang lain kau tidak pernah seperti ini. Kau pilih kasih.


Ya sudah, mungkin yang bisa aku lakukan hanya menunggu dan melanjutkan hal-hal lain yang belum aku selesaikan. Mungkin nanti akan ada waktunya. Aku mau bermain dengan waktu lagi. Hey, kau itu pendiam, atau mendiamkan diri?

Kamis, 19 Juli 2012

Langkahmu...

Hari ini, esok, dan seterusnya pasti indah. Aku yakin itu. Segala kesedihan akan terhapus dengan iringan waktu yang terus berjalan. Intinya jangan menyerah, karena semuanya akan terjawab jika kita berusaha menemukan jawabannya. Tapi jangan pernah terlalu fokus untuk temukan sebuah jawaban, selingi hal itu dengan hal lain. Hiduplah seperti manusia,  ya, karena kau manusia.

Gunakan nafasmu untuk mengontrol hidupmu. Jangan terlalu ditahan, hembuskanlah pelan-pelan, dan mulailah melanjutkan hidup. Tersenyumlah :)

Tidak ada larangan untuk menangis. Kau bisa menangis semaumu, tapi redakanlah sebisamu. Berusahalah. Ulurkan tangan bantuan kepada dirimu sendiri. Tarik dan bangkitkan ia dengan semangat. Berjalanlah pelan-pelan. Ingat, jangan terburu-buru dan membabi buta. Jalanan itu masih tidak rata, dan kau masih bisa mudah terjatuh. Lihat lagi jalan yang kau tempuh. Pelan-pelan saja.

Istirahatlah dikala lelah. Duduk dan tidurlah. Jangan kau paksa dirimu untuk terus berjalan dengan luka atau beban. Bersandarlah pada pohon teduh, dan pejamkan matamu barang sebentar.

Saatnya melanjutkan hidup... tataplah kedepan.... tak perlu sesali apapun. Ayo... berjalanlah... pelan-pelan... lalu berlari-lari kecil... dan temui sinar didepan sana....

Ingat, jangan pernah berlari-lari dipinggir jurang... banyak bebatuan disitu. Kau mana tau kalau kau tidak akan tersandung. Hindari jurang. Hindari terik panas terlalu banyak. Hindari Gelap tanpa cahaya. Hindari terlelap begitu lama.

Kamis, 05 Juli 2012

Tanpa Sadar Kau Nobatkan ia Menjadi 'Srikandi'




Ada pajangan Arjuna dikamarnya, dan kau bilang kau punya pajangan Srikandi. Kau sedikit agak menertawakan dirimu,dan malu-malu mengakuinya. Tapi yang kau berikan pajangan Arjuna itu tersenyum senang tak menyangka kau bisa seimut itu. Kau memang tau ia menyukai hal-hal tentang wayang, dan kau benar-benar tepat dengan memberikannya pajangan seperti itu. Seharusnya kau lihat bagaimana wajahnya tersenyum sambil memeluk pajangan kecil itu didadanya, ia senang dan menimang-menimang pajangan itu sambil tersenyum sipu. Seharusnya kau bisa lihat itu.

Sejak dulu ia memang mengagumi sosok Srikandi, dan ingin menjadi Srikandi. Dan kau berikan hadiah kecil itu, walaupun bukan tokoh Srikandi, tapi untuknya pajangan Arjuna itu membuatnya harus menjadi Srikandi. Kau tau? kau juga sudah menjadi Arjuna untuknya, dan ia sangat berusaha keras untuk benar-benar bisa menjadi Srikandi untukmu. Apapun itu, ia sangat ingin menjadi Srikandi.

Kau bisa dikatakan adalah salah satu sosok yang pantas disebut sebagai Arjuna. Bagaimana tidak? banyak sekali perempuan-perempuan mengagumimu, dan mengungkapkan cinta padamu. Awalnya itu membuatnya minder dan mengabaikan untuk menyukaimu, tapi mengabaikan sama sekali bukan hal mudah, dan nyatanya ia bertahan. Saat akhirnya ia tau kau juga menyukainya, kau tau apa yang ia lakukan?? Ia tersenyum nyaris setiap malam, merasa sosok Srikandi akan benar-benar komplit berada didirinya, seperti memenangkan suatu piala yang tak pernah ia bayangkan. Kau.

Tapi sayangnya Arjuna senang berkelana, dan kini mungkin ia sedang bertapa dalam kesendiriannya. Entah apa yang dicari. Arjuna kini tengah berpetualang terlalu lama di dalam dunianya yang berkabut putih, membiarkan Srikandi terdiam dan menanti dengan gusar. Banyak macam pikiran yang datang menakuti Srikandi, tapi terlalu gengsi bagi Srikandi untuk mengakuinya. Srikandi pun memutuskan tetap menjadi seperti sosok Srikandi yang dulu, walau hatinya sudah pasti rapuh. Masih banyak panggung yang harus ia hadapi.

Berjalan dengan impian menjadi Srikandi pun akhirnya ia coba dengan perlahan. Bagaimanapun juga, ia tetap ingin menjadi Srikandi, ada atau tidak ada kau. Ia ingin menjadi Srikandi, dan tanpa sengaja kau juga menobatkan itu padanya. Lalu apa? kini sudah tidak mungkin melepas sosok Srikandi dalam dirinya. Ia akan menjadi petarung kuat dan pantang menyerah, dengan hatinya yang tentu masih untuk Arjuna. Apa ada kisah cinta Srikandi yang lain? tidak ada bukan. Ya.. kini sosok Srikandi sudah bersemayam dalam dirinya. Mendekap prinsip. Tidak  menyalahkan Arjuna yang berkelana.


Sumber gambar pertama : Google

Rabu, 04 Juli 2012

Wayang Orang Modern Garapan Swargaloka



Siapa bilang nonton wayang itu membosankan dan sulit dimengerti? sekarang ini bukan lagi menjadi alasan. Wayang garapan Swargaloka bisa menjadi alternatif pilihan buat orang-orang yang baru mengenal salah satu budaya Jawa, yaitu wayang. Wayang orang yang ditampilkan bisa dikatakan cukup modern karena menggunakan bahasa Indonesia dan baju-baju penokohan wayang yang mereka gunakan juga bisa dibilang beda dari yang lain, tapi sangat menarik. Saya baru 2 kali nonton pertunjukan wayang orang garapan Swargaloka, yaitu dengan judul 'Sumpah Abimanyu' dan 'Kidung Cinta Suryatmaja Surtikanthi', dan saya selalu dibuat terkesima dengan pertunjukan tersebut.

Pertunjukan yang diberikan oleh Swargaloka juga tidak begitu lama, sangat pas sekali buat anda-anda yang mau belajar tentang wayang dan mendapat makna dari cerita wayang tersebut, kurang lebih sekitar 2 jam. Komplit. Penyajiannya memang cukup modern, tapi khas wayangnya masih sangat bisa didapat karena suara gamelan dan penceritaannya pun masih sangat kental khas wayang, bedanya cuma dibahasa yang menggunakan bahasa Indonesia dan beberapa aspek lain yang  sebenarnya saya bingung untuk menjelaskan. hehe.



Dari info yang saya dapat, beberapa pemain Swargaloka berasal dari ISI Solo loh dan beberapa dari mereka pula bisa dibilang sudah sangat terkenal didunia perwayangan seperti bapak Ali Marsudi, Ibu Dewi Sulastri, dan bapak Agus Prasetyo. Wah, mereka bertiga adalah yang paling saya favoritkan dalam pertunjukan wayang disini.hehe. Entahlah, mereka selalu membuat saya terkesima sampai rasanya saya enggak mau pertunjukan ini berakhir. Tapi, bukan berarti pemain atau penari yang lain tidak membuat saya terkesima, saya malah sangat mengagumi mereka, tarian dan tokoh yang mereka mainkan selalu menjadi pelengkap yang sangat menyenangkan dan bermakna. Cara mereka semua menari saja sudah ada punya arti yang sulit di ungkapkan kata-kata, rasanya jadi menyesal dulu saya enggak belajar nari.hehee. Ya sudahlah, mungkin melihat mereka saja sudah cukup membuat saya terkagum-kagum dan enggak boleh menyesali masa lalu. *tsahhh.





Nah, seperti yang saya bilang diawal, wayang garapan Swargaloka ini bisa dijadikan alternatif yang baik untuk mencoba mengenal wayang orang. Selain menggunakan bahasa Indonesia, waktu yang pertunjukannya juga tepat, karena pementasannya biasa dimulai dari pukul 3 sore. Intinya, jangan terus-terusan berfikir kalau wayang itu membosankan. Dulu saya juga berfikir wayang itu membosankan kok walaupun udah pernah nonton berkali-kali ditelevisi dan langsung. Tapi sekarang? hehehe. Tau sendiri kan... Pokoknya coba dulu untuk kenal dan suka, setelah itu terserah anda. :)

With Bapak Ali Marsudi dan Ibu Dewi Sulastri

Senin, 04 Juni 2012

Fix me





Awalnya mungkin aku menjadi linglung dengan akan apa yang akan aku lakukan. Semuanya menjadi terasa tidak enak, dan kelam. Bernafas seperti sulit, rasanya sesak dan seolah-olah aku telah di buang dalam gua kegelapan yang sunyi senyap. Aku tersedu-sedu hampir tiap hari. Mengecek sesuatu yang kosong, tanpa ada kabar apapun. Semakin hari semakin sulit. Seolah membunuh perlahan-lahan, dan aku hanya bisa tersenyum dengan pandangan paling datar tanpa mampu berkata-kata.

Tak ada daya lagi untuk mempercayai siapapun. Rasanya seperti ingin sendiri, dan pergi jauh dari semua ini. Aku seperti mengais kehidupanku yang sudah tak berarti, mencari hidup yang sebenarnya aku punya tapi aku matikan. Masa lalu yang buruk, membuatku semakin terpuruk dengan masalah ini. Aku goyah. Nyaris tak ada daya. Maka biarkan aku jauh darinya yang aku tak mampu lagi menyebut namanya. Untuk dia yang hilang meninggalkan ruang dihatiku yang kini berkabut gelap.

Aku terus-menerus menghela nafas. Mencari nafas tambahan entah harus sejauh apa. Semuanya butuh waktu, dan aku tau itu. Lalu  aku hanya bisa terdiam…

Aku harus mampu menemukan jembatan hidupku. Secepat mungkin menapaki jembatan itu. Melewatkan yang lalu tentang kesedihan yang menyiksa seluruh batinku. Aku butuh cara mencapai jembatan itu. Butuh waktu. Mungkin ini saatnya aku berbenah, menyiapkan segalanya dalam perjalanan mencari jembatan. Akan datang waktu ketika aku bisa menembus kabut untuk mencari jembatan dalam cahaya semu.

Jembatan hidup….
Beri aku jalan untuk melangkah ke arah mu..
Beri aku nafas tambahan untuk tidak terlelah menujumu..

Sumber gambar : google

Senin, 21 Mei 2012

Eh, kau kenapa?

HAHAHA. Aku harap hari ini, esok, dan seterusnya kau bisa tertawa dengan mudah seperti ini. Jangan nangis lagi. Kau menanti apa sih kemarin? menanti dia ya? sudah-sudah, mungkin bukan takdirmu bersamanya. Kau pasti tau dan ingat dengan kata-kata umum ini kan? " Kalo jodoh enggak akan kemana". Ayolah, gunakan saja kata-kata ini sebagai kekuatan pamungkasmu. Loh.. kok diam? kenapa lagi?


Oke..oke.. aku ngerti. Masih sulit ya? pelan-pelan saja. Hatimu masih rentan untuk menangis lagi, tapi nanti juga biasa kok. Harus bertahan. Harus kuat. Kau ingat dengan kata-katamu sendiri kan? " Harus pura-pura berani untuk jadi berani". Nah, gunakan saja kata-katamu. Kau harus pura-pura berani untuk kuat, untuk jadi kuat beneran. Bisa kan? Kenapa diam lagiiiii??? bisa gila kau nihh..


Bukannya kau pernah bilang, semua cobaan membuatmu menjadi baja yang kuat. Tidak mudah goyah. Tapi cinta macam gini malah membuatmu hancur. Mana dirimu yang dulu?? hilang kemana sih, mau aku bantu cari gak? ah.. rasanya sulit.


Gampang sekali sih mood mu berubah, dan sekarang pasti lagi bad mood. Kenapa bad mood nya lama banget? ya..ya... kan malah nangis lagi. Sudah ah, aku enggak tega melihat kamu nangis. Kita tuh satu, dan aku tau banget kamu. Aku itu kamu. Udahlah.. cup..cup... kasian donk sama diri kamu, kasian donk sama aku. Jangan begini terus. Ini melelahkan.


Nah, mau kemana sekarang kau ini?
Mau tidur?
Yah.. baiklah... tidurlah sebentar. Kau memang butuh tidur.
Tapi ingat. Besok kau masih harus terbangun.
Bisa kan?

TOPENG SOK KUAT

Nafasmu tertahan. Kau nyaris kehilangan. Tinggal tunggu waktu untuk tau hasil akhirnya.
Kau sudah menangis sesuka hati, dan menatap malam seolah mereka menemanimu dalam kesedihan yang sudah menjadi aktifitas barumu. Lalu kau tersenyum miris sambil menatap bulan kelabu di selimuti oleh kabut hitam. Lagi-lagi kau menghela nafas, seolah lelah, tapi esok kau harus tegar. Menutupi yang sebenarnya kau rasakan adalah pekerjaanmu setiap hari, dan kau menikmatinya.


Kau selalu berkata iri dengan mereka yang terbuka, yang mampu berekspresi dengan segala rasa yang mereka rasakan. Kau menatapi mereka dengan senyum rendah hatimu, menguatkan mereka yang bersedih, dan seolah-olah berkata pada mereka bahwa hidup punya jalan bahagia masing-masing. Aku tahu kau begitu mempercayai kata-katamu, tapi kau munafik. Aku tau bagaimana akhirnya kau selalu meratap perih hidupmu, dan kau tidak sekuat kata-katamu. KAU MEMAKAI TOPENG SOK KUAT.


Kau menjadikan lari sebagai hobi, dan terdiam pada jalan buntu sebagai akhir yang akhirnya kau temukan. Kau mencoba untuk tak merepotkan orang lain tentang perasaanmu, tapi kau menyiksa diri. Kau sering tertawa pada hal-hal yang mereka tangisi, tapi jauh dalam hatimu... aku tau kau ikut menangis. Sedu Sedan.


Kau sama seperti seperti mereka. Menanti.
Kau tau? menanti itu butuh teman, karena kalau tidak ada teman kau akan kesepian dan mati. Dan kau punya banyak teman. Lalu? kenapa tidak butuh mereka untuk menemanimu?
Tidak. Maksudku bukan hanya menemanimu hidupmu yang bertopeng. Pasti ini yang awalnya kau fikirkan.
Kau butuh teman untuk menemanimu dalam sepi, kau butuh mereka untuk tau setidaknya sedikit tentangmu. Beri mereka sedikit ruang untuk temani hatimu. Jangan siksa hatimu.
Mau menanti sendirian? mau mati sendirian?
Terserah kamu sajalah.
Jangan jadi pengecut. Dasar bodoh.
Cepat ambil keputusan!

Kamis, 17 Mei 2012

Kau tau? boleh aku katakan sesuatu?

Lihat, aku kembali pada pada kebiasaan lama. Kebiasaan buruk. Mataku kembali sulit untuk tertidur dimalam hari, kali ini bukan karena aku tak ingin tidur, tapi karena aku terlalu sering memikirkan kamu. Dulu, aku terjaga dengan hebat, dengan segala kesibukan yang tidak penting. Mengecek facebook, twitter, blog, email, chating, dan mencari tau tentang hal yang sebenarnya hanya untuk kepuasaanku untuk mengisi kegiatan malamku. Kini rasanya gamang, tak ada lagi hasrat untuk itu. Aku terlalu resah dengan pikiranku sendiri, terlalu takut dengan ketakutanku, dan menjadi sangat lemah.

Kau tau? tidur di kala terang memang sering menjadi pelampiasanku untuk tak memikirkanmu. Sebenarnya itu sulit, tapi aku harus tertidur. Aku tak peduli dengan sebutan "kebo" atau "tukang tidur" di siang hari karena aku memang harus tidur, itu satu-satunya cara agar aku tidak memikirkanmu, mungkin, aku sering mepertegasnya seperti itu. Tapi, anehnya mimpi tentang kamu selalu ada, sering datang, dan aku benar-benar tak mampu menepisnya. Aku rindu. Rindu padamu. Sungguh. Terkadang aku jadi berfikir, mungkin aku salah menyebut tidur sebagai pelampiasan, karena nyatanya selalu ada kamu dalam lelapku. Yah, mungkin seharusnya itu tidak dikatakan sebagai pelampiasan untuk tidak memikirkanmu, melainkan sebagai pelepas rinduku kepada kamu. Ya.. walau akhirnya saat terbangun, kamu enggak ada... dan aku cuma bisa diam menahan sesak kerinduan yang ternyata menjadi lebih dalam. hhhh....

Boleh aku katakan sesuatu?............
AKU INGIN KETEMU...

Sabtu, 25 Februari 2012

Dilema seorang Begawan Wisrawa



Jika sedikit mengetahui tentang Wisrawa, mungkin kita juga akan mengetahui betapa dilemanya ia saat melakukan sayembara untuk mendapatkan dewi Sukesi yang awalnya diperuntukan untuk anaknya, Raden Danapati. Wisrawa tentulah hanya manusia biasa dalam segala kesempurnaan yang ia miliki, karena nyatanya ia juga bisa dilema, dan itu melemahkannya dalam pendirian.

Wisrawa mampu memenangkan semua tantangan untuk mendapatkan Dewi Sukesi, hingga di akhir tantangan sang dewi memintanya untuk mengajarkan tentang ilmu "Sastra Jendra Hayuningrat", dan dalam mempelajari sebuah ilmu ini tentulah dibutuhkan bimbingan yang khusus antara Wisrawa dan dewi Sukesi. Pembelajaran tentang ilmu ini menjadikan mereka lebih mengenal dan saling mengagumi satu sama lain. Tanpa di pungkiri lagi, akhirnya mereka jatuh cinta. Bukankah cinta memang datang seperti itu? Karena cinta hadir ketika kau mengenalnya. Dan disini Wisrawa merasakan hal seperti itu. Mengenal dewi Sukesi membuatnya menjadi mencintainya, begitupun sebaliknya dengan dewi Sukesi sendiri. Mereka saling jatuh cinta di saat yang tidak semestinya, tapi dengan proses yang memang semestinya.

Ada keraguan dan bimbang yang dirasakan Wisrawa saat meminang dewi Sukesi. Ini bukanlah hal yang ia inginkan pada awalnya, tapi ia putuskan karena Wisrawa tak mampu mengontrol atau menahan rasa cintanya pada Sukesi. Ia tepiskan segala keraguan dan memastikan hatinya untuk meminang Sukesi. Ia mencintai Sukesi, begitupun Sukesi mencintainya... lalu apalagi? Dalam pemikirannya, ia telah menyerahkan semuanya pada waktu.

Nyatanya keegoisan memenangkan semuanya. Karena cinta juga memang egois kan?

Wisrawa tidaklah harus disalahkan sepenuhnya, karena cinta berperan besar dalam kisah ini. Meskipun pada akhirnya ia menjadikan hubungannya dengan anaknya menjadi buruk, Wisrawa menyadari ini sepenuhnya dan rela akan keputusan apapun dari anaknya teruntuk dirinya. Ada kesedihan mendalam yang membuatnya begitu merasa bersalah, tapi cinta tak mampu ditahannya. Wisrawa hanya manusia biasa dengan segala kekhilafan dan nafsu hidup. Tapi ia dan dewi Sukesi mampu menyadarinya. Terlebih ketika mereka di karuniai anak berwujud raksasa seperti Rahwana dan Kumbakarna, lalu anak perempuan berwajah buruk rupa bernama Saparkenaka. Mereka segera bertobat dan memohon ampun atas akan kesalahan dan kekhilafan mereka di masa lalu. Hingga pada akhirnya, lahirlah anak terakhir mereka dengan wujud ksatria yang berbudi luhur, tampan, dan berbakti kepada orangtua dan Tuhan, yang diberi nama Gunawan Wibisana.

Saat khilaf, manusia masih punya waktu untuk menyadari dan bertobat. Semuanya bisa menjadi indah pada akhirnya bukan?.

Senin, 20 Februari 2012

........

"Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia karena dia begitu indah"
-PADI (BEGITU INDAH)- 

Sabtu, 18 Februari 2012

.......

"Arjunaaa.... Menjelmah lah menjadi Rama!
Agar tidak banyak sosok wanita yang kau pikirkan.
Agar hanya Sinta yang ada didalam hatimu... :)"

Lagi-lagi Arjuna..

Apa Arjuna benar-benar bisa memahami seseorang?
atau kebaikannya lah yang membuat orang sering salah paham.
Sosok Arjuna terlalu baik.
Mungkin ia terlalu memikirkan perasaan orang lain,
sehingga ada hal yang terkadang dia tidak bisa mengerti dalam hal lain.
Andai seorang Arjuna bisa lebih terbuka.
Tapi bagaimana?
Bagaimana seorang berbudi luhur yang nyaris sempurna sepertinya menunjukan hal yang spesial?


Bagaimana mungkin ia tidak menjadi sosok pujaan.
Jika senyumnya nyaris seperti bintang.
Memberikan sinar pada yang melihatnya.
Menjadikannya terpukau dan ingin memilikinya.


Arjuna...
Seharusnya dia mengerti,
betapa banyak yang mengharap padanya.
Tapi hatinya sulit tertebak.
Bahkan saat dia sudah mengungkapkannya.
Itupun masih sulit.


Arjuna...
Ia memang  bintang dengan kabut disekitarnya.

Walaupun bersinar terang,
Kabut-kabut itu seolah menutup rahasianya.
Dibalik semua ketenangannya.
Menjadikannya tanya.
Tanpa jawab.
Hanya terdiam dalam keindahannya.

Selasa, 14 Februari 2012

Kali ini tentang Arjuna.....

Kali ini Arjuna...
Arjuna....
Entah aku harus menyebutnya apa.. karena jelas gambar yang tertera adalah gambar Arjuna.
Namun semuanya tersirat untuk siapa aku menyebutnya Arjuna, kuharap gambar ini dapat menjelaskannya.
Lagi-lagi cuma bisa tersenyum dan mengucapkan ribuan terima kasih.
Andai si Arjuna membaca ini....
Banyak kata tak terungkap...
Hei, sang Arjuna yang berkata bahwa ia juga menyimpan Srikandi..
Masih kau simpankah Srikandi-mu itu?
Atau sudah kau hempaskan entah kemana?
Aku harap kau menyimpannya, karena Arjuna juga masih ku simpan. ;)


Arjuna, apa kau tau kisah sebenarnya tentang Arjuna dan Srikandi?
Aku pernah membacanya, dan ada dua versi yang aku dapat.
Arjuna dan Srikandi memang bersama,
dan,
Arjuna dan Srikandi tidak pernah bersama.
Kau tau,sebenarnya aku takut menyimpan ini.
Takut akan mendapat versi yang tidak aku inginkan dari Arjuna dan Srikandi.
Setidaknya dulu kau pernah berfikir kalau Arjuna dan Srikandi bersatu,
dan sekarang aku yang berfikir seperti itu.
Lucu bukan? disaat semuanya mulai tampak aneh aku justru mengharapkannya.
Tapi, aku terpaksa diam.
Dan nyatanya kau juga diam.


Andai dulu Arjuna tau...
Betapa mudahnya untuk memutuskan,
tapi berat melihat betapa banyaknya yang harus dipikirkan.
Namun sekarang baru terasa betapa menyesalnya menahan keputusan.
Tapi Arjuna tetap terdiam...
Tak ada tanya...
Membuatku berfikir Arjuna ingin lupakan semuanya.
Benarkah?
Tak bisakah ada obrolan sejenak.
Agar semuanya selesai.
Agar kita bisa menemukan versi Arjuna dan Srikandi manakah yang akan kita temui.