Sabtu, 30 November 2013

BALADEWA

Kenapa Baladewa? Karena dia keras kepala.
Kenapa keras kepala? karena dia Baladewa.

Dan hari itu kau akan melihat Baladewa melangkah,
bukan ke arahmu,
bukan ke tempatmu,
namun ke ujung jalan itu,
ke yang paling sunyi itu.

Ia sering sekali berteriak,
seringkali memaki,
dan mengeraskan hatinya,
untuk tetap pada prinsipnya.

Jiwanya keras bagai batu,
wataknya tak kalah keras,
Ia akan begitu mudah marah,
begitu mudah kesal,
namun begitu mudah menangis.

Marahnya adalah tangis kecewa,
dan makiannya adalah harapan pupus.
Ia mencintai keadilan,
tapi sering salah mengartikannya.
sering salah memaknainya.
Dan ketika salah ia akan memaki.

di ujung jalan itu ia akan terdiam,
jauh dari hal yang dibencinya.
menangisi yang gagal ia damaikan,
dan berjanji kembali saat semua usai.


Selimut Kelabu

terik itu bagai membekap,
menyesapkan kilau yang merekat,
tak pernah mau terlepas,
dan seenaknya menyikut keras.

ribuan detik menjadi penuh makna,
namun pagar begitu kuat menghalang,
menyentak keras tentang keinginan,
dan berterbangan seperti angin musim gugur.

ia seringkali menyatu dengan isyarat,
membelai seperti angin yang terlewat,
lalu begitu saja menghilang,
berlalu menemani awan menjelang senja.

gelap adalah yang paling ia hindari,
dan itulah mengapa ia mencintai bintang,
begitu mudah memaki malam bila mendung,

dan membenci bulan yang berselimut kelabu.