Sabtu, 30 November 2013

BALADEWA

Kenapa Baladewa? Karena dia keras kepala.
Kenapa keras kepala? karena dia Baladewa.

Dan hari itu kau akan melihat Baladewa melangkah,
bukan ke arahmu,
bukan ke tempatmu,
namun ke ujung jalan itu,
ke yang paling sunyi itu.

Ia sering sekali berteriak,
seringkali memaki,
dan mengeraskan hatinya,
untuk tetap pada prinsipnya.

Jiwanya keras bagai batu,
wataknya tak kalah keras,
Ia akan begitu mudah marah,
begitu mudah kesal,
namun begitu mudah menangis.

Marahnya adalah tangis kecewa,
dan makiannya adalah harapan pupus.
Ia mencintai keadilan,
tapi sering salah mengartikannya.
sering salah memaknainya.
Dan ketika salah ia akan memaki.

di ujung jalan itu ia akan terdiam,
jauh dari hal yang dibencinya.
menangisi yang gagal ia damaikan,
dan berjanji kembali saat semua usai.


Selimut Kelabu

terik itu bagai membekap,
menyesapkan kilau yang merekat,
tak pernah mau terlepas,
dan seenaknya menyikut keras.

ribuan detik menjadi penuh makna,
namun pagar begitu kuat menghalang,
menyentak keras tentang keinginan,
dan berterbangan seperti angin musim gugur.

ia seringkali menyatu dengan isyarat,
membelai seperti angin yang terlewat,
lalu begitu saja menghilang,
berlalu menemani awan menjelang senja.

gelap adalah yang paling ia hindari,
dan itulah mengapa ia mencintai bintang,
begitu mudah memaki malam bila mendung,

dan membenci bulan yang berselimut kelabu.

Minggu, 08 September 2013

Tentang Kata "Menjelang"

dan aku melihat matahari berwarna jingga,
memeluk keindahannya pada pagi,
yang dikelilingi separuh awan merah cerah.
tersenyum menyambut hari yang akan dimulai,
lalu melambai memberikan cahaya tak menyilaukannya. 


Ia tak akan lama-lama seperti itu,
karena waktunya telah ditentukan,
dan kedatangannya bukan ingin memberikan kehangatan,
tapi kelembutan cahaya.


seperti senja menjelang sore. 
Penikmatnya seringkali adalah penikmat gelap,
yang bersandar pada sunyi,
yang mencintai terang tanpa cahaya
dan menghayati semesta,
tentang kata "menjelang"

Srikandi Berkelana (part 2)


Srikandi berkelana,
kali ini dengan tujuan berbeda,
Arjunanya jauh sudah,
dan ikatan apapun,
tak akan mempertemukan hati sekalipun.

langkahnya seringkali terlalu cepat,
terlalu menggebu,
terlalu berkeinginan kuat,
yang tanpa ia sadari selalu kembali ke tempat yang sama,
tempat yang paling sunyi.

sempat ia terhenti untuk rehat sejenak,
mencari keteduhan dibawah rindang pohon,
berbisik pelan tentang lelah,
dan bersandar pada batang kayu tipis,
hanya sekedar membuatnya melepas penat.

bergumam tentang mimpi masa lalu,
Srikandi tersenyum miris,
menyelusuri memori-memori yang berkabut,
dan bergurau tentang mudahnya melupakan,
lalu Srikandi jatuh tertidur pada lelahnya.

busur dan anak panahnya pun terhempas begitu saja,
tak sanggup lagi ia memikulnya,
begitu berat menahan panah yang tak pernah dilepas,
tidurnya seperti mengembalikan memori,
dan Srikandi terbangun dalam purnama selimut hitam.

langkah pun ia lanjutkan,
menyadari seribu kegelapan,
mendapati betapa ia hanya kembali pada rindu,
yang sering menjelma menjadi nafas,
dan menidurkan pada mimpi.

bangkit...bangkit...
Srikandi hanya ingin terbangun pada nyala terang,
mengubur semua anak panahnya,
dan berjalan dengan sari penguatnya,
mencoba berlari kencang.
kali ini harus pasti.

Waktu tak Ijinkan Ia Pergi

waktu tak ijinkan ia pergi,
dan semena-mena menarik ulur rasa,
menjadikannya seribu bisu,
untuk langkah selanjutnya.

sesekali bertanya pada malam,
mengapa begitu banyak makna,
sedang pagi seringkali hanya satu,
selalu tentang kepastian cahaya.

ia seringkali memeluk senja,
bernyanyi-nyanyi tentang kehilangan,
mengapa senja begitu cepat,
begitu sulit dipertahankan.

ada rona wajah berharap dimatanya,
entah menanti,
entah ingin berlari,
yang pasti ingin berlalu.

terpaksa menghanyutkan diri dalam diam,
menanti-nanti,
menebak-nebak,
menahan tentang keinginan

Jauhnya Purnama


Sambil masih terus memegangi kepalanya ia seringkali menggumamkan tentang purnama. Melirihkan lagu-lagu sendu tentang purnama yang sedang diselimuti kabut gelap. Menatapi terang yang bukan bercahaya. Seperti melihat kesenduan kelam yang sunyi tak bersuara. Mencoba menghitung-hitung waktu agar purnama tak cepat pergi. Meratapi apa yang sering ia sebut sebagai 'pergi begitu lama'. Ia begitu tak inginnya untuk kehilangan, mencoba begitu keras menggenggam purnama yang tak pernah tersentuh. Namun, lagi-lagi hanya udara dingin yang bisa ia rasakan. Bukit setinggi apapun tak mampu membawanya menggenggam purnama, hanya membawanya pada rasa beku yang menjelma menjadi udara.

Ia memijati kepalanya beberapa kali, berharap apa yang ia rasakan saat itu cepat hilang. Pusing. Menatap purnama tak akan sempurna dengan rasa sakit dikepala. Seperti beban yang tak mau hilang. Dan ia benci dengan apa yang disebut 'beban' karena itu selalu berat, sedangkan extra tenaganya selalu hilang perlahan setiap purnama. Setiap menggumamkan tentang purnama ia selalu takut kehilangan, dan 'pusing' itu juga tak mau enyah. Tenaganya akan benar-benar habis saat purnama hilang. Ia seringkali merinding ketakutan setiap mengingat kata 'hilang', dan sesegera mungkin berlari meninggalkan purnama. Berlindung pada suatu teduh sambil menangisi purnama. Tapi kali ini ia bertahan. Membiarkan apa yang dirasa dan tenaganya hilang diserap purnama. Bertahan pada rasa menggigil yang hebat, dan berkali-kali menaikan tangannya mencoba menangkap purnama.Tetap saja sang purnama bertahan pada singgasananya, berdiam pada gelap tanpa harapan.

Ia tetap terduduk walau malam sudah larut. Sebelah tangannya masih mencoba untuk menggapai purnama. Perlahan mulai merasa lelah, namun tak urung menurunkan tangannya. Matanya kemudian terlelap pada malam walau purnama masih memandanginya sembari pergi. Dan lalu ia terbangun dengan terik cahaya menyilaukan. Kemudian menangis untuk kesekian kali. Menyesali purnama yang tak pernah kembali cepat-cepat.

Srikandi Berkelana

Srikandi berkelana,
menyusuri setiap jejak yang Arjuna tapaki.
mencari tempatnya berdiam diri,
dan sebegitu mudahnya menikmati alam.

Pernah ia mendapati Arjuna terdiam hikmat,
dan kelegaan mendapati jiwanya melihat junjungannya.
tak berniat untuk mengganggunya,
walau rindu sudah tak terbendung.
Namun diam selalu menjadi kekuatan paling hebat.

Lalu Arjuna menghilang lagi,
berkelana kembali.
Dan ia selalu kehilangan arah,
karena langkah Arjuna seperti angin.

Pernah suatu kali ingin mengguggah Arjunanya,
menyiapkan panah untuk mengusik,
tapi rindu lagi-lagi menahan.
mendiamkannya pada kegelapan sunyi.
dan Arjuna tak akan pernah tau panah Srikandi.

Srikandi berkelana lagi,
kehilangan jejak Arjuna kembali
.

Selasa, 20 Agustus 2013

Menikmati Senja

Sambil masih mendengar deburan ombak, ia terus memandangi senja. Terlarut dalam keindahan yang ia sebut semesta, dan sesekali matanya nyaris terpejam karena terkantuk-kantuk. Senja selalu menghangatkannya tanpa perlu mendekap erat, membuainya pada keindahan terbatasi waktu yang tak pernah mau datang lama-lama. Setengah hatinya ingin tertidur, namun sisa hatinya yang lain tak ingin begitu saja melewatkan senja. Jadilah ia manusia penikmat senja yang terduduk dengan mata menahan kantuk.
angin masih bertiup, dan senja semakin tenggelam. Ia masih terduduk disitu, menahan kantuknya sambil sesekali bersenandung tentang rindu yang akan datang usai itu. Menanti senja tak selalu terjawab dengan kedatangannya. Senja tak pernah berjanji untuk datang, tapi selalu berjanji untuk selalu tampak indah. Dan ia menikmati penantiannya itu. Demi senja yang selalu akan tampak indah saat datang.


Saat senja sudah tergantikan malam, ia akan beranjak dari duduknya. Menapaki pasir paling dekat dengan laut secara perlahan, dan menggigil oleh selimut angin malam. Suara deburan ombak sering memanggilnya untuk ikut bersamanya menjelajahi samudera. Namun udara terlalu dingin saat itu, dan ia memang sedang tak ingin bermain-main bersama air. Raganya masih terlalu lemah bermain air dalam gelap, dan ia tak ingin terpejam begitu saja memeluk kehangatan yang menjanjikan. Karena esok ia berharap senja kan membuainya lagi, dan saat itu ia akan benar-benar terlelap.

Sabtu, 17 Agustus 2013

Gelap dan Kabut Putih


pernah suatu hari kau bertanya pada apa yang kau sebut gelap, mencari suatu jawaban dari terang yang selalu mereka impikan. Untuk mereka yang
seringkali takut pada kabut dimalam hari, dan mati-matian menyalakan 
senter hanya untuk menembus kabut yang tak pernah bermaksud buruk. Dan 
kau bertanya kembali, tentang kabut berwarna putih yang seringkali 
ditimpa cahaya terang oleh mereka yang menganggap kabut sebagai 
penghalang. Kau terduduk merenung sembari menanam ribuan pertanyaan, dan 
itu tidak pernah jauh-jauh dari apa yang kau sebut sebagai gelap dan 
mengapa harus disebut dengan gelap.



Pernah sedikit kau memaknai gelap sebagai hal yang suram, karena dari 
gelap kita sering tak tahu arah. Namanya juga gelap, ya hitam. 
Begitukan? lalu kau tersenyum. Bertanya lagi tentang gelap, dan tentang 
kabut putih yang sesekali datang justru tak memberikan penerangan 
apapun. Namun dari situ kau belajar, ternyata gelap bisa begitu 
kompaknya dengan kabut putih, dan itu memberikan suatu arti hebat 
darimu. Tentang apa yang sering mereka pertentangkan mengenai 'hitam' 
nya sebuah gelap tidak akan mungkin bersatu dengan 'putih'nya kabut.



Kau tak mengerti lagi. Terdiam lagi. Bertanya lagi. Kau masih seringkali 
terduduk dan mencoba berbincang dengan gelap sembari bertanya dengan 
seribu pertanyaan berartimu. Tak terhitung lagi berapa kali kau menghela 
nafas, terlelap pada gelap yang sampai saat ini belum kau mengerti. 
Bermain-main pada alam adalah keindahan yang selalu menjadi mimpimu, 
tapi bermain dalam gelap? kau selalu mempertanyakan itu. Karena alam 
seringkali terungkap saat ada terang yang bersinar begitu luas 
menyelimuti alam. Lalu bagaimana keindahan bisa dirasakan saat gelap? 
lagi-lagi kau hanya bisa bertanya.



Lalu kau bertanya kembali tentang kabut putih saat gelap sedang 
bermuara. Lagi-lagi kau merasa tak mampu menemukan jawabnya. "Bagaimana 
mungkin aku bisa menikmati gelap sedang kabut putih memeluk erat sang 
gelap?", kau bertanya dan menggigil hebat usai itu, lalu kau berlalu 
mengambil berlapis-lapis baju hangat dan selimut untuk pelindungmu dari 
rasa yang kau sebut dingin. Berbaring pada alas karpet berbulu dan 
tersayu-sayu hingga mata terpejam. Lagi-lagi semuanya gelap, namun tidak 
lagi berkabut.

Kamis, 04 Juli 2013

Bulan iri pada Bintang

Pernah ada cerita tentang bulan,
Yang iri pada bintang,
Berkilau juga ramai,
Selalu tampak indah tanpa kemisteriusan,
Terlihat lebih hidup,
Jauh dari apa yang disebut kelam.

Bulan terpajang dengan kebesarannya,
Tampak kokoh namun seringkali berkabut,
Tak memiliki sinar,
Namun selalu terlihat menyala,
Dan kabut gelap seringkali menyelimuti,
Sedang bulan tak pernah ingin tertidur.

Bulan memandangi bintang,
Ingin berkilau murni memiliki sinar,
Tanpa selimut gelapnya.
Tanpa kiasan tentang dirinya,
Tentang yang terlihat terang,
Tapi tak bersinar.


Rabu, 15 Mei 2013

Aku = Penikmat Wayang


Kali ini mau narsis tentang diri sendiri yang suka banget sama wayang, khususnya wayang kulit dan wayang orang. Enggak kerasa udah 2 tahun jatuh cinta sama wayang dan belajar sedikit demi sedikit untuk mengetahui  lebih jauh tentang wayang. Wah, kalau di liat dari masa lalu sama sekali enggak sangka bakal seheboh ini suka sama wayang, karena dulu saya termasuk orang yang super duper cuek sama negara sendiri apalagi sama budayanya. Sering menganggap begitu membosankan dan enggak dapet 'feel' nya, hingga suatu hari akhirnya saya mulai menyadari tentang keindahan wayang dan itu benar-benar merubah!

Berawal dari wayang, saya mulai sedikit-sedikit perhatian dan mencintai negara sendiri ( bukan berarti dulu enggak cinta ya, hanya kurang cinta.hehee). Awalnya memang hanya menikmati wayang, lalu lama-lama saya mencintai tarian-tarian Indonesia, lalu merambat ke hal-hal yang masih ada kaitannya sama tradisional dan budaya, lalu merambat.... merambat.... dan merambat sampai ke  tahapan cinta negara Indonesia dengan skala yang lebih besar dan hikmad:)

Balik lagi ke wayang, biasanya kalau ada pementasan wayang orang yang di adain dan kebetulan ada rezeki di tambah waktunya yang sesuai, pasti langsung nonton tanpa mikir panjang. Entah kenapa saking senengnya mau nonton pementasan selalu bikin saya lupa makan karena enggak laper (lumayan buat diet!), dan alhasil selalu membuat saya kelaparan sesampainya dirumah. Menikmati wayang selalu ada kesan tersendiri yang berbeda, disamping ceritanya, tarian-tarian, nyanyian-nyanyian, dan alunan tembang yang di mainkan selalu menghipnotis secara luar biasa. Saya selalu terkesima, walau terkadang kurang ngerti sama bahasanya. Pedoman saya cuma buku sinopsis dan buku-buku cerita wayang yang pernah saya baca. Tapi dengan adanya pementasan, selalu membuat saya membuka kembali buku-buku pewayangan saya dan mulai lebih memperdalaminya lagi dan lagi.

Mulai keseringan nonton wayang orang mulai membuat saya mengenal sedikit-sedikit nama pemain, dan bahkan saya punya idola sendiri di wayang orang. Yup... gara-gara wayang orang saya jadi ngefans berat sama Pak Ali Marsudi, mungkin kalau sesama pecinta wayang orang pasti tau bapak ini.  Beliau sangat menginspirasi saya sekali, tariannya, nembangnya, dan peran-peran yang di mainkan. Saya nyaris selalu tidak ingin ketinggalan pementasan beliau, tapi kalau waktu sudah berkata lain ya mau di bilang apa, terpaksa enggak bisa nonton deh. Lebaynya saya usai menonton wayang, saya selalu enggak mau ketinggalan foto sama Pak Ali! Mudah-mudahan Pa Ali enggak bosen saya mintain foto bareng terus.hehehe.

Bersama Pak Ali Marsudi

Hey, berkali-kali saya akan bilang nonton wayang itu menyenangkan! Ya... mungkin awalnya kelihatan membosankan atau klasik banget, tapi kalau di dalami lagi kita bisa belajar makna kehidupan banget dari wayang. Sastra wayang itu indah dan luas kalau kita mau belajar mendalaminya. Belajar mengenal wayang sama saja mengenal budaya, dan mengenal budaya selalu menambah makna dalam kehidupan. Dari wayang saya banyak bercermin untuk mengenal diri. Apalagi bahasa-bahasa dalam buku wayang, itu terlalu indah, santun, tapi memberikan banyak pelajaran banget. Lagi-lagi kata 'indah' bisa mendeskripsikan wayang nyaris seutuhnya.

Saat Menyaksikan Ramayana Ballet Prambanan



Saya mencintai wayang, menikmatinya dengan kekaguman, dan selalu belajar dari situ :)
Kalau ada yang suka wayang, mari berbagi :)



#maafnarsis  :D:D

Minggu, 12 Mei 2013

Melalui Pantulan Kaca

Aku mengenalinya, dan itu bukan sebatas kenal dalam arti 'biasa'.
Aku tau bagaimana ia memulai pembicaraannya,
Aku jelas tau bagaimana matanya memandangi sesuatu.
Bahkan aku pernah tau hatinya.
Menelusuri bagian jiwanya yang nyaris tidak terlihat,
tapi bisa terbaca.
Aku tau hal-hal kecil yang ia suka,
dan ia pun tau hal-hal kecil tentang aku.
Kami sering berbagi tanpa sengaja.
Sering berbicara tanpa meminta.
Dan pernah saling menatap tanpa ungkapan.

Kini, aku hanya berani menatapnya melalui pantulan kaca,
Melihatnya berbicara,
Melihat matanya.
Dan melihat bagaimana ia mulai terdiam.
Diam-diam aku telah jadi pengecut ulung.
Nyaliku jelas menciut berada tak jauh darinya.
Berjarak hanya satu kursi.
Dan pantulan kaca selalu menjadi perantara terpercaya.

Melalui pantulan kaca aku melihatnya,
Memandangi yang dulu pernah berani ku tatap langsung.
Berbisik kecil tentang 'keindahan',
Lalu sejenak tersenyum tipis.
Menyadari banyak hal yang telah hilang.
Kebersamaan.

Aku mulai belajar untuk tidak mengelak kenyataan,
Dan menyelusurinya dengan ringkih.
Ribuan kali berseru untuk bertahan diatas panggung hidup.
Mencerna hal yang lebih jelas.
Menatapi hal yang kini terpercaya dan membungkam.
Dari pantulan kaca itu aku tahu,
Mulai belajar mengerti,
Mulai mengetahui banyak yang berubah,
Bahwa 'masa lalu' tak akan pernah kembali.

Dari pantulan kaca itu aku tahu....



*terinspirasi dari suatu cerita tentang "ia" yang sering menatapi pantulan kaca

Selasa, 23 April 2013

Cinta Mati Rahwana

Rahwana


Dalam tokoh pewayangan khususnya dalam cerita Ramayana pasti kita kenal dengan salah satu tokoh terkenal dan sangat fenomenal ini. Namanya Rahwana, atau biasa dikenal dengan sebutan Dasamuka karena memiliki sepuluh kepala. Tokoh yang satu ini tentunya sangat tidak asing bagi para pecinta wayang, yang karakternya dikenal cukup keras kepala dengan prinsip dan segala keinginannya.  Ya, biasanya sih dia paling dikenal sebagai musuhnya Rama Wijaya yang juga biasa kita ketahui sebagai tokoh utama dalam cerita Ramayana. Selain karena menjadi penyebab segala ke-Angkara Murka di dunia, Rahwana juga menculik istri Rama yang bernama Dewi Sinta, dan inilah yang menjadi sebab utama mengapa Rahwana sudah sangat jelas menjadi musuh yang harus dikalahkan oleh tokoh utama dalam cerita ini, yang juga titisan Wisnu.

Namun kali ini tidak akan membahas semua yang Rahwana jalani di hidupnya, mari kita bahas salah satu sisi lembut Rahwana yang terlihat begitu keras kepala namun beralasan. Cinta. Ini tentang bagaimana yang membuat seorang Rahwana bertekad keras untuk mendapatkan Sinta sang titisan dewi widowati dengan cara apapun, dan menculik Sinta adalah cara yang paling tepat yang ada di pikirannya, karena memintanya langsung kepada Rama bukan hal yang tepat atau bisa dikatakan adalah tidak mungkin. Mana mungkin ada suami yang mau memberikan istri tercintanya begitu saja, jelas Rama tidak akan pernah menyerahkan Sinta yang dicintainya. Namun, Rahwana bukan tipe yang  mudah menyerah, dan sifat seperti ini sudah sangat mendarah daging ditubuhnya.  Rasa cinta Rahwana pada dewi Sinta bisa dikatakan sudah 'buta'. Ia tak peduli akan berhadapan dengan siapa untuk memperebutkan dewi Sinta.  Baginya, memiliki Sinta adalah keharusan yang sudah ia tetapkan di hatinya.

Kerinduan untuk memiliki Sinta selalu terbenam di hati Rahwana yang paling dalam. Banyak wanita-wanita yang hidup didalam kehidupan Rahwana, namun Sinta tetap menjadi yang di dambakan. Nyaris tiada hari dimana Rahwana tidak memikirkan Sinta, hatinya selalu menginginkan Sinta, dan itu akan tetap terus kuat sampai ia bisa memiliki wanita pujaannya itu. Pernah tatkala Rahwana sudah mencoba ribuan kali untuk mendapatkan Sinta, tapi ia gagal. Hingga akhirnya ia menyuruh abdi yang paling ia percaya untuk memperdayai Rama dan Lesmana (adik Rama) dengan menyuruhnya untuk menjadi seekor kijang berbulu emas. Rahwana memang pintar bersiasat, dan abdinya yang bernama Marica juga sangatlah cerdik. Mereka bekerja sama untuk memperdayai Rama, Sinta, dan Lesmana yang saat itu sedang berada dalam masa pembuangan dan sudah kuat lah tekad mereka kalau saat itu mereka harus berhasil mendapatkan Sinta.

Semua memang sangat terencana dengan rapih, hingga Rahwana dapat menculik pujaan hatinya. Rama, Sinta, dan Lesmana terpedaya sudah. Sinta sudah dalam genggamannya, dan Rahwana bisa berbangga hati karena sang dewi pujaan kini sudah ada disamping nya. Di bawa nya Sinta ke negeri Alengka, di beri nya suatu istana dengan taman-taman yang indah sebagai pelipur kesenangan untuk cinta sejatinya itu. Bertahun-tahun Sinta di berikan kemewahan yang tiada tara, tapi urusan hati memang sulit. Sinta tak pernah sedikit pun mencintai Rahwana. Hati Sinta selalu mendambakan Rama dan tak pernah habis daya Sinta untuk memohon-mohon pada Rahwana agar ia di kembalikan pada junjungan nya itu. Namun, lagi-lagi Rahwana tidak pernah menyerah, ia tidak akan dengan begitu saja melepas Sinta, hasrat dan cinta nya pada Sinta sudah begitu kuat, dan melepaskan Sinta sama saja melepas jantung di dalam tubuhnya.

Rahwana Menculik Sinta

Apapun sudah di lakukan oleh Rahwana agar pujaan hatinya senang. Segala kemewahan, dayang-dayang, taman yang indah, dan banyak lainnya tak pernah di perhitungkan bila itu untuk Sinta. Kunjungan yang rutin pun selalu ia lakukan walau itu hanya sekedar menatap wajah Sinta. Bersabar hati selalu di coba nya berharap Sinta bisa perlahan-lahan mencintai dirinya dengan sepenuh hati. Namun, kesabaran seorang Rahwana memang terbatas, dan berlama-lama seperti ini pun tak lagi mampu di bendung nya. Kerinduan nya tidak pernah terbalas, dan Rahwana merasa sudah cukup sampai di sini untuk bertahan, tapi tidak berarti ia akan melepaskan Sinta. Hatinya masih sangat keras.

Di hampiri nya Sinta dengan tergesa-gesa, di paksanya kini Sinta untuk melupakan Rama dan bersedia di pinang olehnya. Merasa hatinya sudah tak cukup lagi memendam cinta, Rahwana pun mengancam Sinta masih dengan harapan Sinta akan menerimanya. Namun semua gagal. Cinta Sinta memang bukan untuk Rahwana. Sempat terpikir oleh Rahwana untuk membunuh Sinta, karena baginya akan lebih baik Sinta mati dan tidak di miliki oleh siapapun tapi terhalang oleh Trijatha yang memohon kepada Rahwana untuk tidak membunuh Sinta. Lagi-lagi Rahwana mencoba bertahan, lalu di simpan nya keris yang akan di pakai nya itu ke dalam tempatnya. Hatinya makin terluka dan membayangkan Sinta kembali ke dalam pelukan Rama jelas akan menambah torehan luka itu, hingga Rahwana tetap memutuskan menahan Sinta. Bujukan apapun tentang lebih baik mengembalikan Sinta tak pernah sedikitpun ia dengarkan. Baginya, akan lebih baik Sinta berada di istana nya, tak peduli kesedihan yang akan Sinta rasakan nantinya, karena hatinya juga pilu.

Peperangan pun akhirnya berkobar sudah di depan mata. Keburukan-keburukan Rahwana tampak jelas sudah hingga banyak yang ingin memusnahkannya. Rama pun datang secara langsung dan meminta dengan tegas untuk mengembalikan Sinta. Rahwana jelas mengelak dan tidak peduli harus berperang selama apapun. Sinta tidak akan pernah di kembalikan, walaupun harus nyawanya yang di korbankan. Kehilangan anak kesayangan, dan adik-adik tercintanya pun tidak melemahkan hati Rahwana  untuk mengembalikan Sinta. Ia kokoh pada pendiriannya, pada apa yang sudah ia dapatkan dan tak boleh seorang pun menggugat nya. Walaupun takdir  pun akhirnya berkata lain, dan Rahwana bisa di kalahkan oleh Rama yang di bantu Hanuman. Sekeras apapun Rahwana mencoba bertahan, namun semuanya sirna sudah. Raganya tak mampu lagi berdiri dengan tegak, pasukannya lemah sudah hingga ia pun akhirnya ikut terjatuh tersungkur di tanah peperangan. Tergolek tak lagi berdaya. Mendendam kebencian pada Rama. Memendam cinta pada Sinta.

Kamis, 18 April 2013

Mari Mampir ke Jogja dan Solo!! ( Nonton Wayang )

Jogja dan Solo adalah dua kota yang masih sangat kental akan kebudayaannya. Di kedua kota ini kita masih bisa sangat jelas melihat betapa kota-kota ini begitu khas dan pastinya terlihat lebih 'klasik' dan 'tradisional' di bandingkan dengan kota yang lain. Siapa yang sih yang enggak tau Jogja dan Solo? nyaris semua masyarakat Indonesia tau kedua kota ini. Jika kamu pecinta budaya, khususnya budaya jawa, maka kedua kota ini bisa di bilang adalah tempat yang sangat tepat untuk di kunjungi.


Jika berkunjung ke kota ini tentu saja rasanya akan sangat kurang berkesan kalau kita sendiri enggak datang untuk menyaksikan pertunjukan atau pementasan yang masih ada kaitannya sama hal yang berbau budaya. Kenapa? ya seperti yang saya bilang tadi, rasanya kurang saja kalau kita berkunjung ke tempat yang masih kental budayanya tapi kita sendiri enggak tertarik atau tidak mau mencoba melihat salah satu pertunjukan yang di sajikan kota ini untuk mempertahankan salah satu budaya Indonesia. 

Disini saya akan mengambil salah satu yang paling bisa di bilang cukup terkenal, dan umum. Mungkin kalau acara adat atau yang masih berkaitan dengan tradisi butuh informasi yang cukup untuk bisa menyaksikannya langsung, jadi saya lebih menyarankan anda menyaksikan sendratari atau wayang orang di kota ini karena informasinya bisa di update  melalui internet dan itu sangat memudahkan bukan?. Kenapa juga wayang orang? karena dari pertunjukan ini lah kalian akan melihat betapa indahnya tarian-tarian, alunan musik, dan alur cerita yang biasanya di ambil dari cerita Mahabarata atau Ramayana akan begitu berkesan dan mengena di hati para penonton.

Berkunjung ke kota Jogja, mungkin anda bisa mengunjungi Ramayana Ballet di prambanan dan Ramayana Ballet di Pura Wisata. Kedua tempat tersebut bisa di bilang sangat terkenal akan sendratarinya yang menceritakan tentang cerita Ramayana. Mungkin awalnya banyak yang berpikiran kalau mereka akan sulit mengerti tentang isi ceritanya, tapi hal tersebut tidak perlu di khawatirkan lagi karena kedua tempat ini selalu menyediakan sinopsis berbahasa Indonesia dan bahkan ada bahasa lainnya pula! Dari sinopsis itulah kita akan mengerti isi cerita dari tarian yang di persembahkan, atau setidaknya mengetahui inti cerita dari tarian-tarian tersebut. Tempat dan suasana yang disajikan oleh kedua tempat ini juga sangat bagus dan mendukung sama cerita yang akan di pentaskan.

Ramayana Ballet Prambanan ( Jogja )
Ramanayana Ballet Pura Wisata ( Jogja )


Mari ke Solo! ya, di Solo juga ada tempat pertunjukan wayang orang yang terkenal. Namanya Wayang Orang Sriwedari. Mungkin penulis memang belum pernah mengunjungi tempat ini, tapi berdasarkan orang-orang yang menyukai wayang khusunya wayang orang, sering merekomendasikan saya untuk berkunjung ke tempat ini. Menurut informasi yang di dapatkan, wayang orang disini sangat rutin melakukan pertunjukan  bisa beberapa kali dalam seminggu. Jadi, buat yang berkunjung ke Solo di akhir pekan maupun bukan di akhir pekan bisa sempat mampir kesini:)

Hanya saja disini yang akan share pertunjukan wayang orang yang kebetulan diadakan di Taman Budaya Solo. Pertunjukan ini bukan pertunjukan rutin, hanya waktu-waktu tertentu dan tergantung yayasan yang akan mengadakannnya. Waktu itu pertunjukannya berjudul " Sang Karna Basusena". Gratis! Para lakonnya juga sangat bagus karena di perankan oleh para pemain wayang orang yang sudah sangat berpengalaman dan terkenal dalam dunia seni pewayangan. Para penonton juga disajikan buku sinopsis yang memberikan panduan kepada penonton untuk bisa mengetahui inti dari cerita yang akan disajikan. Wah, pokoknya pertunjukan yang sangat menawan dan berkesan!

" Sang Karna Basusena " ( Solo )


Orang Indonesia? sedang mampir ke Jogja atau Solo? Mari menonton wayang...:)



Selasa, 22 Januari 2013

Kesempatan 'Inspirasi'-mu

Kau tau rasanya benar-benar kehilangan inspirasi. Itu sama persis ketika kau kehilangan harapan. Masa depan memang tidak pernah mudah untuk diketahui, tapi inspirasi yang terhenti benar-benar mampu membuat hal-hal yang kau harapkan jadi seperti seolah-olah mencoba pergi. Dan kali ini yang bisa dilakukan hanya terus mencari dan mencari, atau membuat yang baru. Tidak pernah ada yang mudah, selalu ada proses. Ini bukan masalah bagaimana menuangkan inspirasi itu, ini tentang bagaimana membuatnya tetap ada walau tak punya waktu untuk membuatnya menjadi suatu hal yang tetap selalu 'ada'.

Mungkin setiap orang selalu punya kesempatan, tapi hampir kebanyakan dari mereka tak pernah mau menerjang kegelapan untuk mengambil kesempatan itu. Selalu ada kata 'nyaris' ketika semuanya terasa hilang. Tapi selalu ada jalan untuk menemukan kesempatan itu walaupun kelihatannya tak ada lagi waktu atau   tempat yang sesuai. Semuanya tergantung bagaimana kesempatan itu bertahan dengan pencarian yang mungkin terkadang butuh waktu yang sangat lama. Harus ada penyesuaian dalam proses mendapatkan itu, dan meresapi hal itu sebagai kesempatan atau bukan juga hanya mereka yang punya. Hati mereka yang punya. Karena mereka yang berkarya. Yang selalu menunggu kesempatan untuk mendapatkan inspirasi.

Berdamai dengan kesempatan itu sendiri adalah hal yang paling penting. Percayalah, ketika kesempatan tentang 'inspirasi' itu datang kau harus buru-buru cari cara untuk mempertahankannya. Ini hal yang paling sulit. Karena inspirasi selalu datang secara mengejutkan dan mereka selalu minta buru-buru untuk di ungkapkan. Atau bahkan terkadang kita merasa inspirasi itu terlalu lambat datangnya, dan begitu lama membuat kita menanti. Jelas yang salah adalah jiwa yang menanti itu, karena dia tak pernah benar-benar menggunakan kesempatan. Harus berapa kali kehilangan kesempatan? karena kesempatan tidak selalu terlihat secara nyata. Kau tidak harus selalu menggali ke dalam untuk menemukannya, mungkin kau juga bisa terbang ke atas untuk sekedar membuat harapan dapat menemukannya ditempat lain. Setidaknya kau mau mencari. Kesempatan untuk menemukan 'inspirasi' bukan hal yang mudah, tapi cuma kau yang tau.


Kamis, 17 Januari 2013

Wayang Orang Ciptoning dan Salya Wiratama


Mari menonton wayang! yuuuuuukk..




Kali ini saya mau share tentang pengalaman saya waktu nonton wayang berjudul 'Ciptoning' di Monas, dan 'Salya Wiratama' di  teater TIM Jakarta. Jangan tanya serunya gimana, karena bagi saya ini seru banget!hehehe. Saya sendiri enggak ngerti kenapa makin kesini malah makin suka wayang, dan mencoba sebisanya untuk bisa nonton pementasan wayang orang. Pengetahuan wayang saya memang belom bagus-bagus amat, tapi lama-lama masih bisa berkembang bukan? Kalo yang saya dapet sampe saat ini sih, banyak banget hal positif yang bisa di dapetin dari membaca buku cerita tentang wayang dan menonton pertunjukan wayang langsung. Apa saja? coba sendiri;p

Oke, lanjut dengan hal yang mau saya share disini. Dua pagelaran wayang orang ini sama-sama berlangsung di malam hari ( rata-rata pertunjukan wayang diadakan malam ) sekitar pukul 08.00 atau 08.30, dan menonton dua-duanya itu GRATIS! woaa.. siapa coba yang gak seneng denger GRATIS nya itu??ahahaha. Karena biasanya setiap saya nonton wayang orang itu seringnya bayar, dan kali ini gratis. Jelas saya enggak mau melewatkan dan kebetulan sekali waktunya pas, jadi meluncurlah saya kesitu.

Sebelumnya saya pernah menonton pertunjukan wayang 'Ciptoning' yang pernah diadain di gedung pewayangan TMII dalam acara WOW festival, tapi itu sebentar banget dan tentu saja itu ngebuat saya kurang puas.hehehe. Nah, kebetulan banget di monas diadain pementasan dengan judul yang sama, dan dalam jangka waktu yang lebih lama ( kurang lebih 2 jam ), jadinya bisa lebih puas menikmati deh, ditambah saya juga ngefans sama beberapa pemain wayang orang. Disini jadi tambah lengkap deh pengetahuan saya tentang cerita 'Ciptoning' itu sendiri, dan kali ini suasananya juga kebetulan rame banget. Alhamdulillahnya saya duduk lumayan didepan, jadi dapet tempat yang pas buat melihat lebih dekat dan ngambil foto. YIP!



Enggak lama setelah pertunjukan 'Ciptong' di Monas, ada lagi pertunjukan 'Salya Wiratama' di teater TIM. Nah, saya juga bersyukur banget bisa nonton pertunjukan ini yang kebetulan bareng dua teman saya, sayangnya kemaren dapet posisi duduknya kurang enak ( di atas ), tapi tetep jadi tempat yang lumayan buat ambil foto kok. hehehe. Pertunjukan ini bisa di bilang super bagus! salut sama orang-orang WO Bharata Senen ( Oiya, yang di Monas juga digarap oleh Bharata loh!) yang udah mengadakan pertunjukan sekeren dan sebagus ini. Banyak banget hal-hal positif yang bisa kita dapetin dari menonton pertunjukan ini, khususnya tentang tokoh Salya yang awalnya saya anggap tokoh jahat "beneran", tapi ternyata berpihak di kurawa enggak selalu berarti dia itu bukan ksatria yang baik ( terbukalah mata saya.hahaha). Pokoknya pertunjukan wayang selalu punya pandangan luas untuk memaknai tokoh-tokohnya, dan itu enggak mudah loh, karena enggak bisa asal sembarangan :)




Ya! dua pertunjukan wayang ini emang keren dan bermakna banget. Saya emang enggak sebutkan secara utuh tentang makna-makna kehidupan yang saya dapet dari dua pertunjukan wayang orang di Jakarta ini ( masih sulit merangkai kata.hehe) tapi ya memang banyak banget yang bisa didapetin usai nonton wayang orang. Selain melestarikan budaya, banyak hal positif yang bisa didapet. Makanya, nonton yuk! ;)