Minggu, 23 Maret 2014

Dingin

Dingin...
dalam dekapan selendang itu kau bersandar seolah nyaman,
gigilanmu tidak lagi ada arti,
dan caramu menghela nafas sama sekali tidak membantu,
kau hanya mampu memeluk diri,
dan berharap seadanya.

Rasa pilu jelas menelusuki hampir seluruh tubuhmu,
yang kau mau hanya harapan itu,
yang sering mereka bilang hangat.
Dan lagi-lagi kau berucap "dingin",
sembari semakin memeluki tubuhmu.

Kau menggerutu lagi,
karena ini benar-benar dingin,
selendangmu tak pernah mampu menghangatkan,
bahumu lemah sudah,
dan kakimu tak mampu lagi menapak.

Bibirmu bergetar sudah,
menerka-nerka apa yang dibalik pintu,
dinginkah? hangatkah? atau panaskah?
kau menerka-nerka,
semoga bukan dingin, katamu.

Kau diam.
Merasa begitu kedinginan.
Tak mampu lagi melangkah,
namun lelah bertahan.
Kau cuma kedinginan.

Kamis, 20 Maret 2014

Hanya Ingin Sekedar Pergi

Hanya ingin sekedar pergi
terlepas dari apa yang dirasa beban,
menjauh dari semua degupan rasa,
kerisauan rasa,
dan ketidakmampuan bertahan.

Setiap memulai,
selalu merasa ada yang tidak tepat,
seperti kehilangan
walau semua tampak utuh,
selalu bertanya disetiap detik.

Ketidakberdayaan tak pernah bisa jadi alasan,
keraguan hanya penghalang,
langkah seringkali tak pernah pasti,
menempa diri sekuat apapun,
kalau tidak mau, harus bagaimana?

Hanya ingin sekedar pergi,
mencari jalan lain,
keluar dari pemikiran-pemikiran tertahan,
jauh dari lelah di 'sini',
dan menerjang sepi.

Seharusnya ia tahu,
mereka tahu,
lelap selalu merugikan,
dan hampa sering menjadi jawaban,
jangan lama-lama diam.

Sungguh.
Hanya ingin sekedar pergi.