Minggu, 06 Juli 2014

SUMPAH (II)



Lesmana



Aku bersumpah, dan itu akan memperkuatku untuk tidak melanggarnya. Hidup adalah tentang kepercayaan. Sumpahku adalah pendirianku, yang nantinya akan mendarah daging dalam tubuh dan aliran darahku. Percaya atau tidak, ini hanya masalah waktu. Aku benci bersumpah, tapi aku harus melakukannya. Mendapatkan kepercayaan adalah suatu kebutuhan dalam hidup, dan itu adalah yang seringkali mengekalkan untuk melupakan keinginan manusia, khususnya pria seperti seperti aku. Hal kecil membuatku harus bersumpah, demi hilangnya suatu prasangka yang buruk. Jangan kau bertanya lagi duhai Sinta, aku sudah bersumpah. Jangan lagi kau menangisi apa yang baru aku ikrarkan. Ketidakpercayaanmu membuatku dirundung ketakutan pada hidup. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadinya nantinya. Sumpah ini adalah bukti nyataku dari bibir yang terucap, yang nantinya akan menahanku pada masa depan yang sama sekali tidak ku ketahui. Sumpah adalah ikatan yang seharusnya tidak boleh terputus, dan oleh karena itu aku bersumpah. Mereka boleh berduka, atau kau juga ikut berduka, tapi hatiku jelas lebih berduka. Lidah sudah bersuara, bumi sudah mendengarkan, dan Sang Pencipta sudah mencatat. Biar sumpah ini memendam dalam seluruh jiwa dan raga. Sampai matipun aku akan tetap bertahan pada sumpah ini. Pada sumpah yang aku tau artinya adalah kesepian. Aku tidak akan pernah tau masa depan, tapi aku akan selalu tau sumpahku. Kalau nanti aku melanggar, sungguh hanya biarkan sang Pencipta yang menghukumku. Jangan kau tatapi aku dengan rasa menyesalmu, duhai Sinta. Melihatmu yang panik saat itu, melihat ucapan ketidakpercayaanmu, melihat bahwa seorang titisan sang Dewi begitu ragu pada amanah perlindungan yang harus kuberikan, maka dari situlah aku bersumpah. Aku tidak akan pernah menikah. Bukan karenamu, tapi karena tatapan matamu yang walaupun dalam sekejap tapi begitu terlihat. Kau tidak benar-benar percaya padaku. Aku sudah bersumpah. Kini,  biarkan aku yang nantinya akan terhanyut dalam perang besar yang selalu diderai rasa sepi.

( Terinspirasi dari  sumpah Lesmana untuk Sinta )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar