Selasa, 06 Januari 2015

'DIA'

Waktu tidak akan pernah cukup untuk mengenal siapa Dia. Semua orang tau hanya dari apa yang terlihat dan namanya memang “Dia”. Wajahnya bisa kau bayangkan sendiri, rupanya, tinggi badannya, postur tubuhnya, atau cara marah dan tertawanya bisa kau lihat sendiri saat melihatnya. Dia senang sekali berputar-putar mengarungi waktu, bersenang-senang atau bahkan menangis tersedu-sedu yang seringnya berada dalam gelapnya sepi. Dia benci sekali dengan tatapan-tatapan orang yang memandangnya dengan remeh, walaupun kenyataannya Dia merasa pantas sekali diremehkan. Sering merasa seperti orang ‘cemen’ yang tidak mampu bertindak apa-apa dan kerjaannya hanya diam. Terkadang kagum pada dirinya yang bisa membuat bangga orang-orang terdekatnya. Rasanya selalu ingin bisa menjadi yang dapat diandalkan, tapi kemampuan dan kepercayaan diri malah lebih mampu membuat langkahnya mundur. Walaupun tidak sedikit pula Dia mampu menunjukan kehebatannya, tapi nyaris tidak pernah percaya bahwa ‘hebat’ jelas ada dan tertanam dalam dirinya.

Menatapi cermin adalah hobinya yang paling rutin dilakukan, menyisir, atau sekedar merapihkan apa yang terlihat dan dirasa kurang berkenan. Lagi-lagi dia kesal sekali dengan tatapan-tatapan itu, karena hanya karena merasa perlu menjaga tatapan-tatapan mereka Dia menjadi harus menata dan berkaca terus menerus. Rasanya menyedihkan menghabiskan sebagian besar hidup dengan berkaca, tapi di satu sisi Dia sadar bahwa dengan menatap cermin akan terlihat mana yang harus di rubah atau bahkan dirapihkan. Lelah, ribuan kali bergumam, berteriak, menangis, atau tertawa di atas kata lelah sama sekali tidak menjadi penghalang hidup. Nyatanya Dia masih tetap hidup di atas kelelahan, dan terus menerus berhadapan dengan cermin di setiap sudut jalan yang di lewatinya, bisa di gedung-gedung tinggi, toko-toko pinggir jalan, bioskop, dan paling banyak jelas di kamar mandi.

Ada saat Dia merasa bertemu dengan seseorang yang penting dalam hidupnya, yang mampu menggenggam dengan kehangatan dan kesejukan samudra dalam deburan ombaknya. Rasanya begitu tenang. Dia mulai sering merasa takut kehilangan, seolah dengan tangan itu cermin bisa menjadi nomor dua, dan hatinya tidak pernah berhenti berdebar walau hanya sekedar duduk berdua. Rasa yang membuatnya mampu terbang dalam kebahagiaan dan menggigil karena sesenggukan dari tangis rindu, kecewa, dan amarah. Seolah ada kesempurnaan karena merasa lengkap, walaupun pada kenyataannya tetap ada sisi ketakutan-ketakutan karena rasa ‘hilang’,dan itu tidak selalu benar-benar terlihat. Dia hanya sedang jatuh cinta.


Jangan pernah bertanya sekalipun apa yang sebenarnya Dia inginkan, karena kau akan kelelahan mendengar begitu banyak mimpi, dan kenyataan bahwa begitu banyak yang tidak terwujud. Cukup kau, mereka, dan kalian yang selalu menemani Dia dalam hidupnya, itu adalah harapan paling besarnya yang tersembunyi dalam sunyi. Dia bukan pujangga yang mampu menciptakan kata-kata dengan bibirnya, tapi tulisannya jelas mengungkapkan semuanya. Kalau ditanya sifat yang paling mencolok dari dirinya maka kau akan temukan tanpa harus mendengar dari bibirnya. Dia sangat keras kepala. Tolong temani orang bernama Dia itu, walaupun ada tawa dan senyum, jelas Dia selalu merasa kesepian. 

Siapa Dia? coba ambil cermin:P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar