Minggu, 23 Maret 2014

Dingin

Dingin...
dalam dekapan selendang itu kau bersandar seolah nyaman,
gigilanmu tidak lagi ada arti,
dan caramu menghela nafas sama sekali tidak membantu,
kau hanya mampu memeluk diri,
dan berharap seadanya.

Rasa pilu jelas menelusuki hampir seluruh tubuhmu,
yang kau mau hanya harapan itu,
yang sering mereka bilang hangat.
Dan lagi-lagi kau berucap "dingin",
sembari semakin memeluki tubuhmu.

Kau menggerutu lagi,
karena ini benar-benar dingin,
selendangmu tak pernah mampu menghangatkan,
bahumu lemah sudah,
dan kakimu tak mampu lagi menapak.

Bibirmu bergetar sudah,
menerka-nerka apa yang dibalik pintu,
dinginkah? hangatkah? atau panaskah?
kau menerka-nerka,
semoga bukan dingin, katamu.

Kau diam.
Merasa begitu kedinginan.
Tak mampu lagi melangkah,
namun lelah bertahan.
Kau cuma kedinginan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar