Selasa, 27 Desember 2011

Mengenal Dewi Shinta



Pastilah kalian cukup tau siapa tokoh Shinta. Dalam tokoh pewayangan Dewi Shinta di kenal sebagai istri dari Rama Wijaya ( titisan dewa Wisnu). Ia adalah putri dari kerajaan Mantili yang terkenal karena kecantikan, kepiawaiannya dalam bernyanyi dan budi luhurnya dalam bersikap. Dalam cerita Ramayana, Shinta menjadi istri seorang Rama Wijaya setelah Rama memenangkan sayembara yang di adakan oleh Raja Janaka selaku ayah dari Dewi Shinta.


Tentulah menikah dengan seorang titisan dewa Wisnu adalah hal yang luar biasa yang di alami oleh Shinta, namun hal-hal luar biasa tersebut tidaklah selalu menyenangkan. Suami Shinta, Rama, adalah suami yang setia, berbudi luhur, bijaksana, santun dalam berucap, memiliki ilmu yang hebat,berpendirian teguh  dan juga calon Raja dari kerajaan Ayodya  justru harus di buang dari kerajaan dan memberikan posisi putra Mahkota kepada adiknya yang bernama Raden Bharata. Ada kesedihan yang dalam di hati Shinta melihat suaminya harus melakukan masa pembuangan selama 13 tahun. Merasa dirinya adalah milik Rama sepenuhnya, dengan tulus hati Shinta ikut dalam pembuangannya bersama Rama, walau sebenarnya Rama kurang berkenan dalam hal ini, tapi Shinta memaksa ikut karena cintanya yang besar terhadap Rama.

Masa pembuangan tentulah harus mengalami banyak rintangan dan halangan, seperti menghadapi hutan-hutan yang tidak terketahui rimbanya. Namun, Shinta tidak pernah berkeluh kesah atau bermanja-manja dalam menemani Rama yang harus menghadapi masa pembuangan. Baginya, selama dirinya bersama Rama dia selalu merasa bahagia dan nyaman walau harus menahan rasa takut yang luar biasa saat menghadapi banyak rintangan atau musuh-musuh yang harus di hadapi oleh Rama dan Lesmana adiknya.

Pasti kalian pernah dengar kan tentang Shinta yang di culik Rahwana? ya...  bisa di lihat kalau sebenarnya ini adalah kesalahan ia sendiri hingga bisa di culik oleh Rahwana. Shinta meminta kepada Rama untuk di tangkapkan seekor Kijang Kencana yang tampak jinak saat itu. Saat mengetahui suaminya tidak lekas kembali, ia meminta Lesmana untuk menyusul Rama, tapi Lesmana memegang teguh janjinya pada Rama untuk tetap menjaga dan melindungi Shinta selama Rama tidak ada. Shinta sudah begitu cemas, dan kesal karena Lesmana tidak mau menyusul Rama, hingga keluarlah ucapan tajam dari Shinta bahwa Lesmana tidak mau menyusul Rama karena berharap Rama mati dan Lesmana bisa menikahinya. Ucapan Shinta membuat Lesmana terkejut akan ucapannya itu, segera ia pergi mencari  Rama untuk membuktikan bahwa ucapan Shinta adalah tidak benar dan tidak pernah terfikir olehnya. Di berikannya Shinta  lingkaran perlindungan oleh Lesmana, dan Lesmana sudah meminta Shinta untuk tidak pernah keluar dari lingkaran itu. Tapi apalah daya.... Shinta yang berbudi luhur dan baik itu itu tidak sadar telah keluar lingkaran saat ingin memberikan sedekah kepada pengemis yang ternyata adalah Rahwana.

Selama masa penculikan,  Shinta selalu bersedih hati merindukan suaminya. Ia menyesali semua yang pernah ia lakukan. Cintanya pada Rama pun tidak pernah hilang sampai kapanpun meski Rahwana berkali-kali merayu dan menghina tentang Rama. Shinta tetap berpegang teguh untuk mencintai Rama Wijaya. Tak pernah sedikitpun ia mencoba untuk melupakan Rama, karena baginya Rama adalah suami dimana seharusnya Shinta mengabdi.

" Hai Shinta! apa sebab engkau selalu menolak kehendakku Carilah tandingnya di seluruh mayapada ini, apakah ada yang menandingi diriku? Pernahkah engkau mendengar atau melihat seorang raja menggempur kahyangan dan merampas bidadari, selain aku, Rahwana, Raja Alengka? Dewa Surapati pernah kutawan. Empat bidadari kurampas dan kubawa mendarat. Kereta Suralaya kuangkut sebagai barang rampasan."

" Rahwana, dengarkan kata-kataku," jawab Sinta dengan tenang. "Seorang wanita hidup untuk di pilih dan memilih. Bila sudah menjatuhkan pilihan, dialah seluruh hidupnya."

"Rama maksudmu?" potong Rahwana garang.

"Benar. Aku sudah memilik kakanda Rama sebagai suamiku. Dan aku akan menjadi istrinya selama hidupku."

(Sumber buku : " Hamba Sebut Paduka Ramadewa" oleh Herman Pratikto : 1983)

Dari ucapan Shinta di atas, kita bisa melihat betapa Shinta sangat mencintai Rama dan akan terus mengabdi padanya. Ia tak pernah membiarkan sejengkal pun Rahwana menyentuhnya. Walau pada akhir cerita, Rama meragukan akan kesucian Shinta, tapi dengan hati yang walaupun pilu Shinta memutuskan untuk membakar dirinya di api untuk membuktikan kesuciannya.

Semuanya terbukti, dan Shinta masih suci.

*Sumber lain : Buku "Ramayana" oleh Wawan Susetya  (2008) dan "75 Pemimpin Wayang Inspiratif" oleh Wisnu Dewabrata  (2011)
                     




Tidak ada komentar:

Posting Komentar