Minggu, 16 Oktober 2011

ROMANTISME CERITA RAMAYANA.

Sumber buku : Hamba Sebut Paduka RAMADEWA *Ramayana* -Herman Pratikto- (wajib baca!)

Disini saya cuma mau share sedikit tentang buku yang belom lama ini selesai saya baca. Buku yang bercerita tentang kisah Ramayana, yang pastinya sudah banyak dikenal atau bahkan sudah di baca oleh banyak orang. Termasuk saya. hehe.

Buku ini saya dapetin waktu saya berkunjung ke museum wayang di daerah Kota-tua, dan saya langsung tertarik melihat betapa klasiknya buku ini. Lalu saya belilah buku ini dan membacanya.....
Yang saya suka dari buku ini setelah membacanya adalah bagaimana si penulis benar-benar membuatnya dengan gaya penulisan yang bisa dibilang sangat menarik untuk saya. Banyak sekali kata-kata yang saya suka dari ungkapan si penulis dalam penggambaran seorang tokoh didalam cerita ini. Wow! saya selalu ingin berteriak WOW setelah selesai membaca ini, dan rasanya jika saja saya punya waktu banyak maka saya akan membaca ini berulang-ulang.

Dibuku ini, kisah Ramayana tidak langsung bermula ke inti cerita tentang Rama dan Sinta. Buku ini memulainya dengan cerita tentang Ramaparasu, lalu berlanjut ke Harjuna Sasrabahu, barulah dari situ diceritakan tentang lahirnya Rama Wijaya dan berkelanjutan tentang kisah cintanya dengan Dewi Sinta.

Entahlah, karena kebetulan saya suka sekali dengan hal yang berbau cinta dan romantis, maka saya hanya akan membahas sedikit tentang hal-hal yang gak jauh dari cinta dan kesetiaan. Ada salah satu bab di buku ini  yang menjadi bab favorit saya, " Di atas Gunung Citrakuta", dimana menceritakan Rama, Sinta, dan Laksamana yang sedang menjalani masa pembuangan bersama. Dalam bab ini, saya suka  sekali bagaimana penulis menggambarkan sosok Rama yang begitu mencintai Sinta, begitupula sebaliknya. Bagaimana Rama mencoba membuat Sinta merasa nyaman walaupun keadaanya kini mereka sedang dalam masa pembuangan dari kerajaan Ayodya. Berikut di bawah ini adalah kutipan dari bab  favorit saya di buku ini.

" Hamba tidur di pangkuan paduka? "
Rama mengangguk mengulum senyum.
" Paduka tiada beradu sebentar pun juga?"
"Aku tidur berdekatan denganmu, manis!"
( hal 147)

Saya sebagai pembaca sampai tersenyum-senyum membaca ini. Ahhh.. bagaimana tidak, Rama itu keren sekali. Kebetulan di bab ini di ceritakan kalau cuacanya sedang hujan, dan mereka bertiga terpaksa berteduh di bawah pohon. Rama yang tidak sampai hati membiarkan Sinta tertidur di atas tanah basah pun sampai merelakan dirinya duduk bersila agar Sinta bisa tidur di haribaannya. So sweet!  Saking sukanya dengan bab ini, saya sampe membacanya berulang-ulang. Bagaimana tidak? semua orang pasti mendambakan sosok lelaki seperti Rama. Termasuk saya! Bab lain setelah bab ini pun juga masih menceritakan sedikit tentang sosok Rama yang begitu menyayangi dan mengkhawatirkan Sinta ketika mereka harus menghadapi raksasa-raksasa yang di utus oleh Rahwana. Tapi taulah, Rama dengan hebatnya bisa mengalahkan mereka dan segera berlari-lari melihat keadaan istrinya usai itu. Ramaaaaa... I want you!!! (curhatan penulis, maaf)

Tidak hanya disitu saja saya mengagumi sosok Rama dalam buku ini. Banyak sekali hal-hal yang bisa kita liat dari seorang Rama yang begitu mencintai istrinya, yang sempat seperti orang yang kehilangan arah karena hilangnya Sinta. Berikut ini adalah kutipan-kutipan ucapan Rama yang saat itu menyadari Sinta telah hilang :

" O, Laksmana! tahulah aku kini. Ayundamu sengaja meninggalkan kita dengan diam-diam. Barangkali dia sudah jemu mengikuti kita dalam pembuangan. Memang..., pernahkah aku mempersembahkan sesuatu kepadanya, demi kesenangannya? Laksmana, aku lalai dalam  hal ini. Aku lalai! Maka diam-diam ia mempunyai rencana hendak melarikan diri. Mula-mula aku disuruhnya mengejar binatang terkutuk itu, lalu mencari akal agar engkau meninggalkannya pula. Kemudian...,kemudian..." ( hal 195)
(Ah Rama, kau putus asa sekali sih.) ;(

Dan kepada angin, udara, awan, dia berseru, "Angin, engkaukah itu? Apa kabar sahabatku? Apakah engkau melihat Sinta? Tabiatmu mengetahui segala, karena engkau mennyentuh seluruh yang nampak. Udara, tolong jengukan penglihatanmu, pastilah Sinta nampak olehmu. Hai awan...., O, awan yang serba hitam dan buruk. Mengapa hujan kau curahkan begini derasnya? Dimana Sinta? ,Menyibaklah, agar surya bersinar cetrah!"

Tentu saja semuanya membisu. Hal itu benar-benar mengecewakan hatinya. Karena kesal hati, terbitlah marahnya. Kini ia menaruh dendam kepada semuanya. Kepada bunga, pohon, batu, angin, awan, tanah, dan gunung-gunung. Maka direnggutnya busurnya dari punggung. Dirabanya panah sakti Guma Wijaya. Ia memutuskan hendak melebur dunia dengan tenaga pemunahnya. Katanya bersungut..

" Mari! Mari kita lebur bersama-sama! Dengan demikian, tidak hanya aku seorang yang menanggung penderitaan...!" ( hal 196-197)
*untunglah Laksamana langsung menghalangi Rama melakukan hal ini. fuiiihh.

Setelah melihat kutipan-kutipan di atas, saya salut dengan betapa hebatnya penulis menggambarkan sifat Rama yang benar-benar manusiawi, yang memiliki cinta yang begitu besar untuk Sinta. Ya, disini juga dapat kita lihat, seorang ksatria yang hebat pun juga bisa bersedih hati karena cinta. Indah bukan? karena sehebat-hebatnya manusia-pun juga bisa bersedih.

Tidak hanya Rama, tokoh Sinta di buku ini juga cukup menawan. Dan dibawah ini saya juga akan menuliskan kutipan-kutipan ucapan Sinta, istri Rama :


" Kata-katamu membesarkan hati dan melapangkan akal. Tetapi seluruh hidupku kuabdikan kepada junjunganku. Meski rakyat dan negara mengusirnya, meski dunia mengutuknya dan apapun yang terjadi, Rama tetap junjunganku. Aku bersedia mati bersama di sampingnya sejak dahulu, kini, dan kelak." ( hal 182)


"........................................Inilah tusuk konde Cundamanik pemberian kakanda Rama, tatkala dahulu tiba di negeri Mantili. Benda itu kupuja sepanjang ingatan, seolah-olah hidupku sendiri. Itulah sebabnya aku selalu teringat akan junjunganmu. Wajahnya, tingkah lakunya, gaya bahasanya, semuanya, ya, semuanya, Hanuman...! Dia adalah diriku. Sampaikan sastra hatiku ini kepada junjunganmu. ................" ( hal 304)

Benar-benar deh! mereka berdua memang top banget dalam buku ini. Betapa kesetiaan mereka adalah hal hebat yang bisa kita ambil contoh. Saya sendiri sampai begitu kagumnya, dan karakter mereka sering sekali bertengger dalam kepala saya. Begitu indahnya, tulus, dan dalam. Masih banyak sekali sebenarnya kata-kata indah mereka dalam buku ini. Hanya saja... rasanya aneh kalau saya menuliskan semuanya. Saya sengaja menuliskan ini dengan maksud menarik perhatian kalian-kalian! Dengan membaca buku ini, pastilah kalian akan masuk ke dalam cerita penuh makna dan pembelajaran. COBALAH DI BACA! ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar