Waktu tidak akan pernah cukup
untuk mengenal siapa Dia. Semua orang tau hanya dari apa yang terlihat dan
namanya memang “Dia”. Wajahnya bisa kau bayangkan sendiri, rupanya, tinggi
badannya, postur tubuhnya, atau cara marah dan tertawanya bisa kau lihat
sendiri saat melihatnya. Dia senang sekali berputar-putar mengarungi waktu,
bersenang-senang atau bahkan menangis tersedu-sedu yang seringnya berada dalam
gelapnya sepi. Dia benci sekali dengan tatapan-tatapan orang yang memandangnya
dengan remeh, walaupun kenyataannya Dia merasa pantas sekali diremehkan. Sering
merasa seperti orang ‘cemen’ yang tidak mampu bertindak apa-apa dan kerjaannya
hanya diam. Terkadang kagum pada dirinya yang bisa membuat bangga orang-orang
terdekatnya. Rasanya selalu ingin bisa menjadi yang dapat diandalkan, tapi
kemampuan dan kepercayaan diri malah lebih mampu membuat langkahnya mundur.
Walaupun tidak sedikit pula Dia mampu menunjukan kehebatannya, tapi nyaris
tidak pernah percaya bahwa ‘hebat’ jelas ada dan tertanam dalam dirinya.
Menatapi cermin adalah hobinya
yang paling rutin dilakukan, menyisir, atau sekedar merapihkan apa yang
terlihat dan dirasa kurang berkenan. Lagi-lagi dia kesal sekali dengan
tatapan-tatapan itu, karena hanya karena merasa perlu menjaga tatapan-tatapan
mereka Dia menjadi harus menata dan berkaca terus menerus. Rasanya menyedihkan
menghabiskan sebagian besar hidup dengan berkaca, tapi di satu sisi Dia sadar
bahwa dengan menatap cermin akan terlihat mana yang harus di rubah atau bahkan
dirapihkan. Lelah, ribuan kali bergumam, berteriak, menangis, atau tertawa di
atas kata lelah sama sekali tidak menjadi penghalang hidup. Nyatanya Dia masih
tetap hidup di atas kelelahan, dan terus menerus berhadapan dengan cermin di
setiap sudut jalan yang di lewatinya, bisa di gedung-gedung tinggi, toko-toko
pinggir jalan, bioskop, dan paling banyak jelas di kamar mandi.
Ada saat Dia merasa bertemu
dengan seseorang yang penting dalam hidupnya, yang mampu menggenggam dengan
kehangatan dan kesejukan samudra dalam deburan ombaknya. Rasanya begitu tenang.
Dia mulai sering merasa takut kehilangan, seolah dengan tangan itu cermin bisa
menjadi nomor dua, dan hatinya tidak pernah berhenti berdebar walau hanya
sekedar duduk berdua. Rasa yang membuatnya mampu terbang dalam kebahagiaan dan
menggigil karena sesenggukan dari tangis rindu, kecewa, dan amarah. Seolah ada
kesempurnaan karena merasa lengkap, walaupun pada kenyataannya tetap ada sisi
ketakutan-ketakutan karena rasa ‘hilang’,dan itu tidak selalu benar-benar
terlihat. Dia hanya sedang jatuh cinta.
Jangan pernah bertanya sekalipun
apa yang sebenarnya Dia inginkan, karena kau akan kelelahan mendengar begitu
banyak mimpi, dan kenyataan bahwa begitu banyak yang tidak terwujud. Cukup kau,
mereka, dan kalian yang selalu menemani Dia dalam hidupnya, itu adalah harapan
paling besarnya yang tersembunyi dalam sunyi. Dia bukan pujangga yang mampu
menciptakan kata-kata dengan bibirnya, tapi tulisannya jelas mengungkapkan
semuanya. Kalau ditanya sifat yang paling mencolok dari dirinya maka kau akan
temukan tanpa harus mendengar dari bibirnya. Dia sangat keras kepala. Tolong
temani orang bernama Dia itu, walaupun ada tawa dan senyum, jelas Dia selalu
merasa kesepian.
Siapa Dia? coba ambil cermin:P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar