Kau eratkan lagi selimut itu,
Merapihkan mimpi-mimpimu
Mereka sering bilang kau tidak pernah terbangun,
Dan kau nyaris terjatuh memikirkannya.
Mendadak kau menjadi begitu takut gelap,
Tapi beberapa menyarankan kau melihat matahari,
Dan tentu kau melihatnya,
Tapi tidak merasakan cahayanya.
Kau mencoba berlari ke ujung jalan itu,
Mereka sering bilang itu buntu,
Bahkan sering bertanya,
“ Apa maumu, apa tujuanmu?”
Kau diam seolah kau bisu.
Kau masih ingin merapihkan mimpimu.
Ujung jalan itu tetap kau cari.
Lama kau tersesat,
Kau sibuk menerawang,
Sibuk bergulat dengan semua daftar mimpi.
Tapi kau selalu takut,
Lagi-lagi kau takut gelap akan datang mendekap,
Dan mereka hanya bisa bilang,
“ Mungkin saja.”
Seketika itu juga kau hanya ingin tertidur begitu lama.
Ada jalan yang kau pikir adalah jawaban,
Kau melangkah begitu pelan,
Lagi-lagi takut menemukan gelap.
Matamu sengaja kau pejamkan,
Belajar menjadi buta sering kau pikirkan,
Tapi bukan itu intinya.
Kau hanya takut melihat nyata.
Namun sepasang bidadari datang begitu saja,
Berbisik pelan padamu,
“ Niatkan yang baik, karena selalu ada doa terbaik.”
Setelah itu kau tertidur,
Kau Nampak begitu lelah,
Sedikit merasa takut,
Tapi berjanji aku terbangun.
Berjanji melewati gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar