Srikandi berkelana,
kali ini dengan tujuan berbeda,
Arjunanya jauh sudah,
dan ikatan apapun,
tak akan mempertemukan hati sekalipun.
langkahnya seringkali terlalu cepat,
terlalu menggebu,
terlalu berkeinginan kuat,
yang tanpa ia sadari selalu kembali ke tempat yang sama,
tempat yang paling sunyi.
sempat ia terhenti untuk rehat sejenak,
mencari keteduhan dibawah rindang pohon,
berbisik pelan tentang lelah,
dan bersandar pada batang kayu tipis,
hanya sekedar membuatnya melepas penat.
bergumam tentang mimpi masa lalu,
Srikandi tersenyum miris,
menyelusuri memori-memori yang berkabut,
dan bergurau tentang mudahnya melupakan,
lalu Srikandi jatuh tertidur pada lelahnya.
busur dan anak panahnya pun terhempas begitu saja,
tak sanggup lagi ia memikulnya,
begitu berat menahan panah yang tak pernah dilepas,
tidurnya seperti mengembalikan memori,
dan Srikandi terbangun dalam purnama selimut hitam.
langkah pun ia lanjutkan,
menyadari seribu kegelapan,
mendapati betapa ia hanya kembali pada rindu,
yang sering menjelma menjadi nafas,
dan menidurkan pada mimpi.
bangkit...bangkit...
Srikandi hanya ingin terbangun pada nyala terang,
mengubur semua anak panahnya,
dan berjalan dengan sari penguatnya,
mencoba berlari kencang.
kali ini harus pasti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar