Apalagi yang terucap selain merah,
Selain rasa yang membara,
Atau keinginan terlampau tinggi,
Yang meronta ingin didengar.
Mereka bilang itu cinta,
Yang terungkap seperti marah.
Ada merah yang merana,
Tersipu pada mata saling terpadu,
Terbuai seperti hangat rembulan,
Rasanya bagai didekap rindu,
Hanya mengapa begitu lama merana,
Begitu sunyi dalam semu,
Sedang api itu membara terlalu dalam.
Selalu ada nyala pada merah,
Ingin berbangga pada api merah merona,
Terlampau kuat dalam mimpi meraih merah,
Sampai lupa sudah menjadi merah,
Apa itu marah pada merah api,
Seringkali terlewat pada kelembutan merah,
Kenapa merah itu marah,
Kalau membaranya untuk si merah delima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar