Surat Suara Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 |
Jangan kau terlalu menutup matamu
pada hal yang sebelumnya sangat kau tidak sukai. Sekedar saran. Biasanya,
sebagai manusia normal kita memiliki berbagai macan hal yang sangat kita sukai
dan juga ribuan alasan kita tidak menyukai sesuatu. Semua memiliki latarbelakang
apa yang menjadikan kita menjadi menyukainya atau tidak menyukainya. Ada
bermacam-macam. Seringnya, kita hanya terlalu fokus pada apa yang kita sukai,
dan untuk sekedar menoleh pada hal yang kita tidak sukai menjadi suatu
pergerakan yang malas. Anggap saja, ketika kita menyukai sesuatu akan ada rasa
kesetiaan untuk tidak berpaling. Tapi, sadarkah mereka bahwa seringkali hal
yang kita tidak sukai bisa jadi adalah hal yang baik, atau kalaupun buruk,
bukankah kita masih punya doa?
Mari kita ambil contoh dari
pemilu 2014 yang saat sedang maraknya di Indonesia, khususnya ketika pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden. Siapa yang sangka bahwa pemilu tahun ini bisa jadi
sangat begitu mencengangkan dan ‘ramai’ dalam banyak hal. Semua punya idola
masing-masing, punya alasan, dan terkadang malah beberapa dari mereka menyukai
salah satu calon karena ada hubungan keluarga, saudara, dan kerabat dekat, atau
terkadang malah ada juga yang berpihak karena ikut-ikutan. Ada derai semangat
menggebu dari sanubari untuk mendukung apa yang kita sukai yang tentunya kalau
dalam hal ini adalah apa yang kita pilih untuk menjadi Presiden dan Wakil
Presiden nantinya. Seru sekali bukan yang seringkali kita lihat di media? Begitu
marak dan masing-masing memiliki alasan yang kelihatannya begitu kuat mengapa
mereka mendukung salah satu calon. Tentu saja itu semua ada baik dan buruknya.
Mari bahas dari baiknya. Pemilu
menandakan akan adanya jaman perubahan baru, yang tentunya kita harap akan
menjadi masa yang lebih baik dari sisi apapun. Semua rasa ‘kehilangan’ dari apa
yang kita miliki dahulu bisa pelan-pelan kita salurkan kepada pemimpin yang
baru tersebut, dengan harapan akan ada ‘telinga’ baru yang mau mendengar.
Kebanyakan dari mereka selalu memiliki harapan baru dengan adanya pemilu,
berharap juga kesemuan cepat berakhir dan tidak lagi tertunda begitu lama. Kehidupan
seolah menjadi lebih semangat, menjadi menggebu-gebu menantikan hari yang baru.
Sorak sorai para pendukung menegaskan bahwa mereka ingin kehidupan yang baru,
ingin kemajuan yang lebih meningjat, dan ingin semuanya menjadi berarti. “ Mari
dukung pemilu 2014, dan tidak golput demi perubahan Indonesia yang baru,” Itu
adalah ajakan demi perubahan dari bibir yang penuh impian.
Sayangnya, hal ini juga tidak
jauh dari berbagai macam sisi negatif dan buruknya. Terlalu ‘semangat’
seringkali menjadi hal yang sangat menyayangkan untuk di simak. Banyak dari
para pendukung salah satu calon berusaha sebisa mungkin agar semua orang tahu
bahwa pilihannya adalah benar, bahwa pilihannya adalah idola untuk masa depan,
dan untuk calon yang satunya lagi bukanlah pilihan yang baik untuk di dukung. Entah
harus terhitung berapa cara untuk saling menjatuhkan, untuk saling mengingatkan
kepada masyarakat bahwa calon yang tidak mereka dukung memiliki masa lalu yang
buruk, dan ada juga yang terkesan seolah haus kekuasaan. Begitu banyak berita
di edarkan melalui media betapa cacat, dan tidak ‘bersih’nya calon dari
masing-masing dari mereka yang tidak mereka dukung. Fakta dan pendapat sudah
sangat sulit dibedakan. Semuanya buta pada ‘cinta’ yang sudah mereka tanam.
Bisa dikatakan, hidup mereka sudah menjadi sangat subjektif. Cacian, makian,
pujian, ataupun penghargaan sudah tidak bisa bandingkan lagi. Mereka bisa begitu
saja mencaci, memaki, memuji atau bahkan memberikan penghargaan.
Apapun itu, keputusan akan hadir
memberi jawaban. Derai haru, senang, marah, dan muak akan menyaru jadi satu
tanpa bisa di lihat lebih dalam lagi. Mereka yang merasa menang tentunya akan
sangat bangga,seolah apa yang mereka cintai memang pantas untuk menjadi yang
nomor satu. Kemudian beberapa dari mereka yang merasa kalah, akan menatap sinis
seolah merasa bahwa ada kesalahan dalam keputusan. “ Menerima “ bukan hal yang
mudah untuk mereka yang kalah. Seringkali bahkan mereka berfikir, “ mau jadi
apa negeri ini jika di pimpin oleh pemimpin seperti itu? “, “ hancurlah negeri ini
dengan pemimpin seperti itu”. Dan mereka yang merasa menang akan berseru bahwa
negeri ini sudah siap untuk kehidupan yang lebih baik, dan harapan mereka
seolah sudah didepan mata. Namun, bukankah pada kenyataannya kita masih belum
tau apa yang akan terjadi di masa depan? Apa yang menang selalu menjadi yang
terbaik? Dan yang kalah memang pantas tersingkir karena bukan pilihan yang baik?
Coba didalami.
Intinya, suatu penerimaan yang
baik adalah poin penting disini. Menjadi di sisi menang atau kalah bukan hal
yang penting. Kehidupan negeri ini adalah milik bersama, dan tentunya dalam
genggam bersama. Menutup mata pada hal yang tidak kita sukai bukan hal yang
menguntungkan. Buka MATA anda pada semua hal. Menyesali dan memaki hanyalah
kesombongan berupa angan. Bukankah masing-masing dari kita masih bisa berdoa? Apapun
hasilnya, apapun jawabannya, dan siapapun yang terpilih nantinya, kita masih
bisa sama-sama berdoa. Terkadang kita terlalu berfikir jauh, dan lupa bahwa
kita masih bisa berdoa, masih bisa berharap dalam diam dari hati yang selalu
berdoa untuk kebaikan. Kalaupun nantinya yang tampak adalah hal yang tidak
baik, bukankah berdoa dapat membantu kita untuk membenarkan jalan yang salah?
Kau, kita, dan mereka selalu punya harapan dalam doa, dan tindakanmu untuk
membuka mata lebih luas akan menguatkan doa. Berdoalah.
Nb : untuk mereka yang mencintai
perubahan, tapi tidak pernah ‘menutup mata’.
note : gambar didapatkan dari google