HAHAHA. Aku harap hari ini, esok, dan seterusnya kau bisa tertawa dengan mudah seperti ini. Jangan nangis lagi. Kau menanti apa sih kemarin? menanti dia ya? sudah-sudah, mungkin bukan takdirmu bersamanya. Kau pasti tau dan ingat dengan kata-kata umum ini kan? " Kalo jodoh enggak akan kemana". Ayolah, gunakan saja kata-kata ini sebagai kekuatan pamungkasmu. Loh.. kok diam? kenapa lagi?
Oke..oke.. aku ngerti. Masih sulit ya? pelan-pelan saja. Hatimu masih rentan untuk menangis lagi, tapi nanti juga biasa kok. Harus bertahan. Harus kuat. Kau ingat dengan kata-katamu sendiri kan? " Harus pura-pura berani untuk jadi berani". Nah, gunakan saja kata-katamu. Kau harus pura-pura berani untuk kuat, untuk jadi kuat beneran. Bisa kan? Kenapa diam lagiiiii??? bisa gila kau nihh..
Bukannya kau pernah bilang, semua cobaan membuatmu menjadi baja yang kuat. Tidak mudah goyah. Tapi cinta macam gini malah membuatmu hancur. Mana dirimu yang dulu?? hilang kemana sih, mau aku bantu cari gak? ah.. rasanya sulit.
Gampang sekali sih mood mu berubah, dan sekarang pasti lagi bad mood. Kenapa bad mood nya lama banget? ya..ya... kan malah nangis lagi. Sudah ah, aku enggak tega melihat kamu nangis. Kita tuh satu, dan aku tau banget kamu. Aku itu kamu. Udahlah.. cup..cup... kasian donk sama diri kamu, kasian donk sama aku. Jangan begini terus. Ini melelahkan.
Nah, mau kemana sekarang kau ini?
Mau tidur?
Yah.. baiklah... tidurlah sebentar. Kau memang butuh tidur.
Tapi ingat. Besok kau masih harus terbangun.
Bisa kan?
Senin, 21 Mei 2012
TOPENG SOK KUAT
Nafasmu tertahan. Kau nyaris kehilangan. Tinggal tunggu waktu untuk tau hasil akhirnya.
Kau sudah menangis sesuka hati, dan menatap malam seolah mereka menemanimu dalam kesedihan yang sudah menjadi aktifitas barumu. Lalu kau tersenyum miris sambil menatap bulan kelabu di selimuti oleh kabut hitam. Lagi-lagi kau menghela nafas, seolah lelah, tapi esok kau harus tegar. Menutupi yang sebenarnya kau rasakan adalah pekerjaanmu setiap hari, dan kau menikmatinya.
Kau selalu berkata iri dengan mereka yang terbuka, yang mampu berekspresi dengan segala rasa yang mereka rasakan. Kau menatapi mereka dengan senyum rendah hatimu, menguatkan mereka yang bersedih, dan seolah-olah berkata pada mereka bahwa hidup punya jalan bahagia masing-masing. Aku tahu kau begitu mempercayai kata-katamu, tapi kau munafik. Aku tau bagaimana akhirnya kau selalu meratap perih hidupmu, dan kau tidak sekuat kata-katamu. KAU MEMAKAI TOPENG SOK KUAT.
Kau menjadikan lari sebagai hobi, dan terdiam pada jalan buntu sebagai akhir yang akhirnya kau temukan. Kau mencoba untuk tak merepotkan orang lain tentang perasaanmu, tapi kau menyiksa diri. Kau sering tertawa pada hal-hal yang mereka tangisi, tapi jauh dalam hatimu... aku tau kau ikut menangis. Sedu Sedan.
Kau sama seperti seperti mereka. Menanti.
Kau tau? menanti itu butuh teman, karena kalau tidak ada teman kau akan kesepian dan mati. Dan kau punya banyak teman. Lalu? kenapa tidak butuh mereka untuk menemanimu?
Tidak. Maksudku bukan hanya menemanimu hidupmu yang bertopeng. Pasti ini yang awalnya kau fikirkan.
Kau butuh teman untuk menemanimu dalam sepi, kau butuh mereka untuk tau setidaknya sedikit tentangmu. Beri mereka sedikit ruang untuk temani hatimu. Jangan siksa hatimu.
Mau menanti sendirian? mau mati sendirian?
Terserah kamu sajalah.
Jangan jadi pengecut. Dasar bodoh.
Cepat ambil keputusan!
Kau sudah menangis sesuka hati, dan menatap malam seolah mereka menemanimu dalam kesedihan yang sudah menjadi aktifitas barumu. Lalu kau tersenyum miris sambil menatap bulan kelabu di selimuti oleh kabut hitam. Lagi-lagi kau menghela nafas, seolah lelah, tapi esok kau harus tegar. Menutupi yang sebenarnya kau rasakan adalah pekerjaanmu setiap hari, dan kau menikmatinya.
Kau selalu berkata iri dengan mereka yang terbuka, yang mampu berekspresi dengan segala rasa yang mereka rasakan. Kau menatapi mereka dengan senyum rendah hatimu, menguatkan mereka yang bersedih, dan seolah-olah berkata pada mereka bahwa hidup punya jalan bahagia masing-masing. Aku tahu kau begitu mempercayai kata-katamu, tapi kau munafik. Aku tau bagaimana akhirnya kau selalu meratap perih hidupmu, dan kau tidak sekuat kata-katamu. KAU MEMAKAI TOPENG SOK KUAT.
Kau menjadikan lari sebagai hobi, dan terdiam pada jalan buntu sebagai akhir yang akhirnya kau temukan. Kau mencoba untuk tak merepotkan orang lain tentang perasaanmu, tapi kau menyiksa diri. Kau sering tertawa pada hal-hal yang mereka tangisi, tapi jauh dalam hatimu... aku tau kau ikut menangis. Sedu Sedan.
Kau sama seperti seperti mereka. Menanti.
Kau tau? menanti itu butuh teman, karena kalau tidak ada teman kau akan kesepian dan mati. Dan kau punya banyak teman. Lalu? kenapa tidak butuh mereka untuk menemanimu?
Tidak. Maksudku bukan hanya menemanimu hidupmu yang bertopeng. Pasti ini yang awalnya kau fikirkan.
Kau butuh teman untuk menemanimu dalam sepi, kau butuh mereka untuk tau setidaknya sedikit tentangmu. Beri mereka sedikit ruang untuk temani hatimu. Jangan siksa hatimu.
Mau menanti sendirian? mau mati sendirian?
Terserah kamu sajalah.
Jangan jadi pengecut. Dasar bodoh.
Cepat ambil keputusan!
Kamis, 17 Mei 2012
Kau tau? boleh aku katakan sesuatu?
Lihat, aku kembali pada pada kebiasaan lama. Kebiasaan buruk. Mataku kembali sulit untuk tertidur dimalam hari, kali ini bukan karena aku tak ingin tidur, tapi karena aku terlalu sering memikirkan kamu. Dulu, aku terjaga dengan hebat, dengan segala kesibukan yang tidak penting. Mengecek facebook, twitter, blog, email, chating, dan mencari tau tentang hal yang sebenarnya hanya untuk kepuasaanku untuk mengisi kegiatan malamku. Kini rasanya gamang, tak ada lagi hasrat untuk itu. Aku terlalu resah dengan pikiranku sendiri, terlalu takut dengan ketakutanku, dan menjadi sangat lemah.
Kau tau? tidur di kala terang memang sering menjadi pelampiasanku untuk tak memikirkanmu. Sebenarnya itu sulit, tapi aku harus tertidur. Aku tak peduli dengan sebutan "kebo" atau "tukang tidur" di siang hari karena aku memang harus tidur, itu satu-satunya cara agar aku tidak memikirkanmu, mungkin, aku sering mepertegasnya seperti itu. Tapi, anehnya mimpi tentang kamu selalu ada, sering datang, dan aku benar-benar tak mampu menepisnya. Aku rindu. Rindu padamu. Sungguh. Terkadang aku jadi berfikir, mungkin aku salah menyebut tidur sebagai pelampiasan, karena nyatanya selalu ada kamu dalam lelapku. Yah, mungkin seharusnya itu tidak dikatakan sebagai pelampiasan untuk tidak memikirkanmu, melainkan sebagai pelepas rinduku kepada kamu. Ya.. walau akhirnya saat terbangun, kamu enggak ada... dan aku cuma bisa diam menahan sesak kerinduan yang ternyata menjadi lebih dalam. hhhh....
Boleh aku katakan sesuatu?............
AKU INGIN KETEMU...
Langganan:
Postingan (Atom)