Kamu hanya butuh diberi pelukan,
Ketika semua rasa membeludak menjadi amarah.
Ketika waktu begitu cepat berlari,
Sedang kamu terlelap pada langkah lambat-lambat.
Terlalu banyak beban yang kau rasa begitu memberatkan,
Walau nyatanya satu pelukan mampu membuka matamu,
Mengakui diri bahwa sebenarnya kamu tidak sendiri.
Kau bilang kau menanam rindu,
Yang sering kau maki karena tumbuh subur,
Padahal tidak pernah sekalipun kau beri air.
Dan sungguh kau
hanya butuh satu pelukan,
Untuk sekedar bersandar,
Walau akhirnya yang keluar adalah nangis meranamu.
Sesenggukanmu yang paling dalam.
Lalu kemudian kau menggumamkan lelah,
Membenci jalan yang sudah lama kau tapaki,
Memendam dendam pada diri sendiri,
Kau kesal setengah mati.
Tapi kemudian satu pelukan itu datang.
Mendadak kau lunglai tanpa daya,
Merasa hangat.
Sungguh, kau hanya butuh satu pelukan.
Untuk sekedar membungkam semua rasa ‘tidak terima’.